STARJOGJA.COM, JOGJA – Di era media sosial seperti ini, semua bisa menjadi jurnalis dan pemasok informasi. Sekali share semua bisa mengakses pasokan informasinya. Entah informasi itu benar atau salah. Tak jarang ada sebagian dari content itu malah membuat gaduh di ruang publik. Jurnalisme Positif jadi pilihan untuk menangkal aneka konten negatif.
Inilah ujian dari pers yang sebenarnya. Media mainstream atau media massa arus utama harus terus mempertahankan dirinya sebagai media terpercaya pilihan masyarakat yang menjadi pasarnya. Selain itu pers pun harus beradu dengan kepentingan industri yang jadi nadi kehidupan media.
Menjadi radio berita adalah sebuah pilihan besar dan berat yang kami ambil. Tak mudah menjadi jurnalis yang harus menghasilkan karya, di mana fakta dan keberpihakan kepada kebenaran dan ketertindasan adalah mazab utamanya.
Baca juga : 9 Tahun Star Jogja FM, Menegaskan Diri Menjadi Radio Berita Utama Jogja
Framing yang diambil insan pers adalah framing untuk menajamkan kebenaran itu sendiri. Framing atau sudut pandang yang diambil bukan justru untuk mengkerdilkan kebenaran. Adil memang harus berpihak, yaitu berpihak kepada kebenaran dan kepada mereka yang lemah dan tertindas. Di sinilah jurnalisme positif menjadi sebuah kekuatan baru melawan arus informasi dari dunia maya yang tak jarang ditumpangi hoax.
Jurnalisme positif menawarkan perspektif baru dalam pemberitaan. Bahwa berita yang bagus tak mesti berasal dari berita yang buruk yang disajikan secara vulgar. Unsur utama Jurnalisme Positif ialah bad news and good news is news
Hal yang positif bisa menjadi berita yang bagus. “Good news is good news”. Bahkan dari berita yang buruk pun bisa ditampilkan sisi positif yang bermanfaat bagi pendengar radio dan juga pembaca situs kami.
Jurnalisme positif bukanlah jurnalisme yang hanya menyajikan berita yang bagus-bagus saja. Mengacu pada objektivitas, jurnalisme positif mengedepankan berita apa adanya sembari memberikan alternatif pemecahan agar pembaca bisa menatap masa depan dengan optimistis.
Sesuatu yang buruk disampaikan sebagai yang buruk. Tapi, sesuatu yang baik harus pula disampaikan sebagai yang baik. Lebih dari itu, sesuatu yang buruk dilengkapi dengan opini dari para narasumber bahwa yang buruk bisa diubah menjadi baik.
Jurnalisme positif tak menutup mata (cover up) terhadap peristiwa tentang bencana alam, bencana kelaparan, musibah tabrakan mobil dan kereta api, jatuhnya pesawat terbang, kemiskinan, peperangan, dan sebagainya. Tapi, semua tragedi dan peristiwa nahas itu disampaikan secara komprehensif, dari berbagai sisi (multi sides), berbagai sudut (multi angles) dengan memberikan penghargaan tertinggi pada manusia dan kemanusiaan.
Karya jurnalisme kami , didorong menjadi sebuah sajian yang membantu pendengar atau pembaca memahami persoalan yang diberitakan. Informasi yang disajikan memberikan optimisme dan harapan kepada pembaca.
Di momentum hari pers ini, kami menegaskan diri sebagai media yang terus Melakukan fungsi kontrol sosial dengan baik. Lewat radio dan online, Kami akan terus Mengritik, namun bukan untuk membunuh, menghancurkan, melecehkan, melainkan untuk perbaikan.
Menyajikan informasi yang memberikan optimisme dan harapan. Ini bisa dilakukan dengan menonjolkan aspek positif dari suatu masalah, menampilkan success story dari seseorang, dan solusi untuk menghadapi masa akan datang.
Berita yang kami hadirkan adalah berita dengan bahasa yang santun. Menghindari kata-kata sarkastik, kata-kata yang terlalu bombastis dan hiperbol. Kami sajikan fakta dengan melakukan cross check terlebih dahulu kepada sumber utama. Apa yang disajikan di media sosial hanya menjadi pemicu awal dari sebuah berita yang akan tersaji lewat udara maupun media sosial.
Dinamika Jogja menjadi bagian penting yang kami kawal dalam sebuah sajian berita di radio dan online . Anda sebagai pendengar dan pembaca ,kami ajak untuk menjadi bagian dari kontributor informasi dan juga pengawal proses demokrasi dan pembangunan Jogja.
Jadilah bagian dari budaya jurnalime warga Jogja ! ayo saatnya berbagi informasi !
Comments