STARJOGJA.COM. JOGJA – Puncak kegiatan peringatan 30 tahun Masehi Sri Sultan Hamengku Buwono X Bertakhta akan ditandai dengan Pameran Naskah Keraton Yogyakarta .Pameran akan berlangsung di Kagungan Dalem Bangsal Pagelaran. Adapun tema besar yang diangkat adalah “Merangkai Jejak Peradaban Negari Ngayogyakarta Hadiningrat”.
Resepsi yang menandai pembukaan pameran oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X dilaksanakan pada 7 Maret 2019. Selanjutnya, pameran naskah akan terus berlangsung hingga 7 April 2019. Pameran akan dibuka mulai pukul 9 setiap harinya dan terbuka untuk umum. Untuk dapat berkunjung, pengunjung hanya perlu membayar administrasi masuk ke Bangsal Pagelaran.
Naskah yang dipamerkan antara lain babad, serat, dan cathetan warni-warni dari perpustakaan keraton, KHP Widyabudaya. Sementara teks-teks bedhaya, srimpi, dan pethilan beksan, serta cathetan gendhing berasal dari koleksi KHP Kridhamardawa.
Setelah terjadinya geger sabehi masih terus menulis babad hingga Sri Sultan HB IX di Widya Budaya terdapat 400-an manuskrip, dimana masih ada 200-an di Krida Mardawa yang berisi pementasan, gendhing-gendhing dan tarian dengan total kurang lebih Kraton memiliki 400 manuskrip. Namun tidak semua manuskrip bisa dipertunjukkan ke masyarakat karena memang ada beberapa hal yang rahasia. 75 manuskrip yang kembali di digitalisasi dari British Library untuk Kraton namun yang dapat ditunjukkan kepada masyarakat hanya 30 manuskrip.
“Hingga saat ini Sri Sultan HB X telah bekerja sama untuk memulai program mendigitalisasi naskah manuskrip yang berada di luar negeri, tetapi proses digitalisasi itu tidak mudah dan tidak murah karena dari sekian ratus naskah manuskrip yang berada di luar negeri harus mengenali satu persatu dan memprioritaskan manuskrip yang akan digitilisasi terlebih dahulu untuk dikumpulkan di perpustakaan digital milik Kraton dan dipublikasikan di website Kraton,” jelas Gusti Kanjeng Ratu Bendoro.
Baca juga: Wajah Jokowi Muncul di Pameran Lukisan Diponegoro
Pameran yang rencananya akan digelar setiap bulan Maret ini memamerkan manuskrip dimana akan ditunjukkan halaman-halaman di dalam manuskrip yang diletakkan didalam kaca yang tidak sembarang orang dapat memegang dan membuka manuskrip tersebut, tetapi masyarakat dapat melihat penjelasan dan isi manuskrip yang berada disekitar manuskrip tersebut.
Berbagai koleksi dari Bebadan Museum Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat juga turut dipamerkan untuk mendukung visualisasi naskah. Selain pameran naskah dalam bentuk fisik, beberapa naskah yang diserahkan British Library akan ditampilkan dalam bentuk digital.
“Pameran ini bertujuan untuk mendekatkan masyarakat kembali pada akar budayanya, jadi selama ini ada missing link sehingga Kraton mengenalkan kembali kepada masyarakat Jogja bahwa ada sejarah yang terlewatkan dan ada sesuatu yang hilang,” ungkap Gusti Kanjeng Ratu Bendoro.
Pameran ini diharapkan mampu menjadi ruang sejarah yang dapat dinikmati oleh masyarakat. Di sisi lain, pameran naskah ini diharapkan mampu mempertegas narasi Keistimewaan Yogyakarta dari sudut pandang kesejarahan, yang sejatinya telah istimewa sejak masa pemerintahan Pangeran Mangkubumi.
“Dengan adanya Simposium dan pameran untuk warga Jogja mengingat kembali bahwa DIY dulu negara sendiri yang memiliki undang-undang sendiri dan orang Jogja harus bangga karena itulah yang membuat kita istimewa dan berusaha untuk terus membuka Kraton pada masyarakat agar lebih mengenal Kraton seperti apa,” tutup Gusti Kanjeng Ratu Bendoro.
Comments