STARJOGJA.COM, ESAI – Riuh rendah kampanye caleg menarik untuk dicermati. Ada banyak poster ataupun baliho yang muncul di sekitar kita. Banyak wajah baru yang muncul, entah dari mana dan siapa mereka. Wajah baru yang dipoles jadi segar menawarkan rasa baru. Pileg kali ini menjadi aji mumpung para caleg.
Tapi tak sedikit diantara mereka tampak tua dan menampilkan jejak langkah sebelumnya. Ada yang sudah selesai dikarir pemerintahan ataupun militernya kemudian rame-rame nyaleg karena ada tawaran. Semuanya saling berebut perhatian pemilik suara di wilayah dapil mereka. Aji mumpung para caleg ini bisa berimbas ke bidang lainnya.
Di sisi lain, kita juga dihadapkan pada informasi jika ada juga caleg yang mengandalkan modal sedikit kalau tidak mau disebut modal nekat untuk berjuang memikat suara rakyat. Membaca Harian jogja hari ini, ada caleg yang kampanye sembari mereparasi sepatu. Sebelumnya, ada juga berita soal caleg yang bunuh diri karena tidak punya duit untuk kampanye.
Baca Juga : Caleg Tidak Boleh Branding Mobil Pribadi
Di sisi lain, ada juga perintah Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno yang meminta Rumah Sakit Jiwa setempat untuk mempersiapkan diri guna mengantisipasi berbagai ekses negatif yang muncul akibat Pemilu 2019. Ekses negatif dimaksud berupa caleg stres yang memerlukan penanganan medis kejiwaan.
Menarik semuanya untuk dicermati. !
Ini soal motivasi nyaleg dari para caleg yang ada. Saya punya banyak teman Caleg dengan segala macam motivasinya. Ada yang berkata ingin berjuang untuk masyarakat. Ada yang bilang bahwa dia ingin berbakti di sisa usianya. Bahkan ada yang dengan PD menyebut daerah butuh dia karena membawa aspirasi banyak orang. Yang muda pun ada yang menyebut mereka ingin memperbaiki dewan yang terkenal bobrok. Semuanya punya alasan masing-masing. Benar tidaknya hanya mereka yang mengerti !
Menariknya, dari sekian banyak teman yang Nyaleg, terbanyak dari mereka ternyata karena faktor “aji mumpung” dan “masalah ekonomi”. Ya banyak diantara mereka ini muncul tiba-tiba. Rekam jejak politik mereka ini tidak tercipta dari jauh-jauh hari. Ada yang kenal dekat dengan fungsionaris partai tapi ada pula yang punya duit kemudian nyaleg. Ada pula yang berharap setelah jadi mereka bisa mengumpulkan pundi-pundi.
Konsep “aji mumpung” mungkin yang terbanyak yang saya temui. Mereka yang maju Nyaleg bahkan tidak tahu bagaimana manajemen Nyaleg. Yang penting keluar dana untuk bikin kampanye sembari berharap ada berkah dari promosi mereka. Poster dan baliho pun jadi andalan.
Nah Kalau ini yang terjadi, masalah besar pun akan muncul di kemudian hari. Saat mereka tidak jadi ! Pada akhirnya di perjalanan, mereka frustasi karena Nyaleg ternyata investasi tinggi. Bukannya membayar hutang, mereka malah berhutang lebih besar lagi dengan seribu janji. Harta benda yang dikumpulkan puluhan tahun bisa jadi amblas! Caleg stress pun akan bermunculan merenungi nasib !
Saya teringat dulu perkataan seorang teman yang “sudah selesai dengan dirinya”. Legislatif itu adalah wakil rakyat. Karena suara rakyat adalah suara Tuhan, jadi wakil rakyat adalah wakil Tuhan. Ini yang harus disadari para caleg. Mereka tidak bisa menjadikan amanah itu sebagai sebuah mesin uang untuk mengembalikan modal yang telah dikeluarkan.
Ingat ada Pertanggungjawaban besar ada dari setiap 1 suara yang mereka dapat. Jangan lupakan mereka yang telah memilih. Ada banyak curhatan muncul dari masyarakat yang hanya dibutuhkan saat seperti ini, ketika caleg sudah jadi mereka pun ditinggalkan. Jangan sampai kita terlena dengan aji mumpung para caleg.
Pelajaran penting ini hendaknya menjadi sebuah pertimbangan dalam memilih caleg. Pilih mereka agar punya kontribusi bagi kita! Jangan cuman terjebak pada gambar dan slogan semata. Jangan mudah tergiur akan janji.
Karena kita tahu betapa sakitnya di PHP-in !
Comments