STARJOGJA.COM, Health – Kampanye anti-vaksin berkontribusi kepada ratusan ribu orang yang tewas, Seperti kasus campak yang mengalami peningkatan signifikan secara global sebesar 48,4 persen pada 2018 dan menewaskan setidaknya 136.000 orang.
Berdasarkan rilis terbaru UNICEF, 98 negara di dunia melaporkan peningkatan kasus campak dibanding 2017. Badan PBB yang berfokus pada kesehatan anak-anak itu menyebutkan peningkatan ini dipengaruhi konflik dan meluasnya kampanye anti-vaksin di berbagai negara dunia. Kondisi ini bakal mengancam usaha puluhan tahun untuk menjinakkan penyakit tersebut.
“Ini merupakan peringatan awal. Kita sesungguhnya memiliki vaksin yang aman, efektif dan murah untuk mencegah penyakit yang sangat menular ini. Vaksin tersebut telah menyelamatkan hampir satu juta jiwa setiap tahun selama dua dekade terakhir,” kata Henrietta Fore, direktur eksekutif UNICEF, dikutip dari Antara, Senin (4/3/2019).
Baca Juga : Tim UGM Kembangkan Aplikasi Pendeteksi Vaksin Palsu
Sepuluh negara, termasuk Filipina, Brasil, dan Prancis berkontribusi terhadap hampir 75 persen peningkatan kasus campak di dunia.
“Peningkatan wabah campak tak terjadi dalam semalam. Kurangnya tindakan untuk mencegahnya hanya akan menambah konsekuensi bagi anak-anak pada masa mendatang,” sambung Fore.
Ukraina menjadi negara dengan lonjakan kasus terbesar dengan 35.120 kasus pada 2018, meningkat lebih dari 30.000 kasus dibanding 2017. Sementara itu, negara Amerika Latin Brasil mencatat 10.262 kasus campak dilaporkan sepanjang 2018. Jumlah tersebut meningkat drastis dibanding 2017 ketika tak ada laporan kasus campak sama sekali.
Di Filipina, kasus campak mengalami peningkatan 548 persen dibanding 2017 dengan total kasus selama 2018 berjumlah 15.599. Epidemi kasus campak di Filipina terus berlanjut sampai 2019 dengan laporan campak mencapai belasan ribu sampai Februari.
Adapun negara dengan kasus campak tertinggi pada 2018 adalah Ukraina (822 kasus per satu juta penduduk), Serbia (618), Albania (481), Liberia (412), Georgia (398), Yaman (328), Montenegro (323), dan Yunani (227).
Campak jauh lebih menular dibanding tuberkulosis atau Ebola, namun penyakit ini dapat dicegah dengan pemberian vaksin yang harganya sangat terjangkau.
Misinformasi dan Gerakan Kampanye Anti-vaksin
Peningkatan kasus campak di berbagai negara telah dikaitkan dengan maraknya klaim medis tak berdasar yang menyebutkan bahwa vaksin campak dapat memicu autisme. Informasi ini banyak beredar di media sosial dan terus disuarakan melalui gerakan “anti-vax”.
Bulan lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyantumkan “Keraguan pada Vaksin” sebagai salah satu dari 10 ancaman kesehatan global pada 2019.
“Campak mungkin penyakitnya, tetapi seringkali infeksi yang sebenarnya adalah informasi yang salah, ketidakpercayaan dan kepuasan diri,” ujar Fore.
Adapun sejumlah negara dengan lonjakan kasus campak yang signifikan pada 2018 dibandingkan dengan 2017 adalah Venezuela (4.916 lebih banyak kasus, naik 676 persen), Serbia (4.355 lebih banyak kasus, naik 620 persen), Madagaskar (4.307 lebih banyak kasus, naik 5.127 persen), Sudan (3.496 lebih banyak kasus, naik 526 persen) dan Thailand (2.758 lebih banyak, naik 136 persen).
Kendati banyak negara yang menghadapi lonjakan kasus campak, terdapat beberapa negara yang melaporkan penurunan jumlah kasus.
Di Rumania, kasus yang dilaporkan turun 89 persen dari 8.673 ke 943 dan di Indonesia jumlahnya menurun 65 persen dari 11.389 menjadi 3.995 kasus.
Nigeria, Pakistan, Italia, dan China juga mengalami penurunan 35 hingga 55 persen.
Comments