STARJOGJA.COM, Yogyakarta – Length of stay (LOS) atau lama tinggal wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta terus ditingkatkan. Ketua Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) atau Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia DIY, Udi Sudiyanto mengatakan hingga saat ini lama tinggal wisatawan di Yogyakarta 1,9 hari untuk wisatawan nusantara dan 2,1 hari untuk wisman.
Terutama dengan adanya bandara baru New Yogyakarta International Airport (NYIA) di Kulon Progo harus dimanfaatkan pelaku wisata. Sebab dengan adanya bandara baru ini diharapkan lama tinggal wisatawan di Yogyakarta lebih lama.
“Lama tinggal wisatawan di Jogja kan hanya 1,9 hari dan 2,1 hari. Harapannya mereka lebih bervariasi memilih destinasi di Yogya agar lama tinggal di Jogja,” katanya kepada Starjogja 101,3 FM Selasa (5/3/2019).
Baca Juga : Gunung Kidul Tingkatkan Fasilitas Obyek Wisata Berstandar untuk Turis Asing
Udi mengatakan beroperasinya bandara baru di Yogyakarta ini harus diimbangi dengan layanan obyek wisata di Yogyakarta dan sekitar bandara. Sehingga sudah waktunya standar pelayanan wisatawan naik standar International atau setidaknya standar nasional.
“Kami pikir destinasi tidak baik jika tidak sesuai dengan program ASITA, jika tidak pernah klop ya bagaimana agar bisa sinkron artinya kalo destinasi untuk wisman makanya standarnya harus asing jangan sebaliknya. Misal SDM disana ketika wisman tidak bisa berhasa Inggris ini sayang sekali,” katanya.
ASITA juga sudah menggandeng PHRI untuk memberikan informasi bagaimana melayani tamu dan wisatawan terutama di guest house atau home stay. Kemudian SDM dididik agar mampu berbahasa asing sehingga komunikasi berjalan lancar.
“Sadar pariwisata itu tentang janji. Bicara tentang keramah tamahan semua ingin melihat kita dengan apa adanya dengan kita orang jawanya. Tertib pelayanan ke mereka gimana walaupun di kampung tapi fasilitas harus ada pertama kebersihan lalu masalah plastik,” katanya.
Pihaknya saat ini tengah memetakan obyek destinasi wisata yang tergolong embrio, tumbuh dan mandiri. Sebab saat ini para wisman khususnya tertarik dengan kehidupan sehari-hari masyarakat disana. Kondisi ini yang membuat ASITA membuat paket sesuai dengan golongan obyek wisata itu.
“Budaya tidak hanya tarian dan permainannya, tapi pada kehidupan sehari-hari. ketika berkunjung ke desa wisata mereka ingin tahu real kehidupan mereka kami ajak mereka agar ramah terhadap wisatawan,” katanya.
Comments