STARJOGJA.COM, Yogyakarta – Badai matahari menurut ilmuwan menyebabkan terjadinya badai magnetik bumi diperkirakan akan mencapai Bumi Jumat (15/3/2019). Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Indonesia menyatakan badai matahari ini tidak akan berdampak langsung terhadap cuaca di Indonesia.
“Dampak badai magnetik ini tidak akan signifikan terasa pada perubahan cuaca di Indonesia,” ujar Kepala Sub Bidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Siswanto ketika dihubungi Bisnis.com, Kamis (14/3/2019).
Dia menjelaskan, menurut ilmuwan badai matahari ini dapat mematikan GPS, sinyal ponsel, dan televisi digital. Namun efeknya terhadap cuaca bumi masih diperdebatkan di kalangan ilmuwan.
Baca Juga : Matahari Tepat di Atas Kakbah, Besok Saat Tepat Cek Arah Kiblat
Pengaruh aktivitas matahari terhadap sistem iklim sudah diketahui oleh para ilmuwan iklim, diantaranya terdapat hubungan antara jumlah bintik matahari (sunspot number) dengan fluktuasi suhu global bumi dan variasi iklim El Nino atau La Nina. Terdapat siklus 11 tahunan sunspot activity itu yang berkaitan dengan fluktuasi parameter iklim di bumi.
Hanya saja, para ilmuwan masih belum memastikan pengaruhnya terhadap pembentukan cuaca panas atau hujan dalam skala waktu yang pendek.
“Dampak yang mungkin terjadi yang adalah peningkatan aktivitas aurora di Kutub Utara atau Selatan Bumi. Ini disebabkan pengaruh pertukaran dan interaksi partikel atmosfer Bumi daerah kutub dengan tergangunya lapis selimut magnet bumi tersebut,” katanya.
Atas dasar itulah, menurutnya, dampak badai matahari tidak akan signifikan terhadap perubahan cuaca di Indonesia. Sementara peningkatan suhu permukaan hingga 36°C di Indonesia bagian ekuator bukan disebabkan oleh badai matahari.
“Tetapi lebih karena pengaruh gerak semu matahari yang tepat pada tanggal 23 Maret nanti berada di atas garis ekuator,” kata Siswanto.
Comments