STARJOGJA.COM, Yogyakarta – Sampah menjadi persoalan di Daerah Istimewa Yogyakarta terutama soal akses jalannya di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan ditutup warga. Hal ini membuat DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meminta Pemerintah Daerah segera menyelesaikan masalah TPST Piyungan ditutup warga. Sebelumnya aksi serupa juga dilakukan warga sekitar beberapa waktu lalu.
“Ini kita betul-betul dikejar waktu. Pasar-pasar sudah kewalahan menampung sampah karena setiap harinya ada 400 hingga 500 ton sampah yang harus dibuang (ke TPST). Sejak hari Minggu (24/3) sampah-sampah di pasar masih keleleran,” kata Ketua DPRD DIY, Yoeke Indra Agung Laksana kepada Antara, Senin (25/3/2019).
Sejak Minggu (24/3) akses jalan menuju TPST Piyungan ditutup warga sekitar karena tuntutan dan keluhan mereka belum dipenuhi Pemda setempat. Aksi penutupan itu menghambat aktivitas pembuangan sampah dari kabupaten Sleman, Bantul, dan Kota Yogyakarta.
Baca Juga : TPST Piyungan Bantul Bertahan Sampai Kapan?
Yoeke mengatakan berdasarkan hasil pengecakan di lapangan, masyarakat di sekitar TPST Piyungan merasa terganggu dengan aktivitas pembuangan sampah. Sampah menumpuk di pinggir TPST bahkan sampai meluber ke jalan umum karena kondisi dermaga tempat pembuangan sampah yang sudah tidak memadai.
“Karena tadi malam hujan lokasi di sekitar dermaga memang memprihatinkan, bahkan sejak pintu masuk sampai dermaga di situ kotoran, lumpur, sampah menyatu di jalan. Saya pikir itu jalan tidak terpakai, ternyata itu jalan umum,” tambah dia.
Menurut Yoeke, jalan umum yang dipenuhi sampah dan lumpur itu setiap harinya digunakan oleh sekitar 400 hingga 500 kepala keluarga di sekitar TPST Piyungan.
“Kalau ada anak sekolah jatuh di jalan itu tentu kotor dan terpaksa tidak bisa sekolah karena kondisi jalan campur sampah, lumpur, dan kotoran,” ujar dia.
Menurutnya warga akan tetap melakukan penutupan jalan agar truk-truk yang membawa membawa sampah tidak masuk TPST Piyungan. Mereka meminta agar dermaga diperlebar dan dipindahkan masuk ke TPST tujuannya agar truk pengangkut sampah bisa masuk bersamaan sebab selama ini dengan hanya bisa masuk satu per satu, antrean truk bermuatan sampah bisa mencapai 1 hingga 2 kilometer di jalan.
“Kemudian mereka meminta adanya kompensasi, beda dengan yang dilewatkan pemerintah melalui APBD Kabupaten yang mereka minta kompensasi perorangan. Selanjutnya mereka minta ada talud agar sampah tidak masuk di perkampungan dan terakhir minta lampu penerangan jalan dari pintu TPST,” kata Yoeke.
Berdasarkan aspirasi yang disampaikan masyarakat itu, ia berharap untuk waktu dekat Pemda DIY bisa segera menyewa berbagai peralatan untuk mempercepat pemindahan sampah yang berada di jalan ke tengah TPST. Sementara itu Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul berkoordinasi dengan pemerintah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terkait penanganan sampah TPST Piyungan ditutup warga.
“Terkait dengan TPST Piyungan sudah kami sampaikan ke Pemda DIY dan mudah-mudahan segera ada solusi dan jalan keluar kemudian bisa beroperasi normal lagi,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bantul Ari Budi Nugroho.
Pihaknya sudah berkomunikasi dengan Pemda DIY agar ada upaya lebih lanjut supaya TPST yang lokasinya di Bantul bisa beroperasi kembali. Selain itu juga masalah TPST Piyungan ditutup warga tidak lagi terjadi.
“Prinsipnya kita tetap menunggu dari Pemda DIY yang akan mengkondisikan sampah yang ada di Bantul, kalau untuk membatasi hal-hal ini kita juga harus edukasi masyarakat pokoknya kurangi sampah, kemudian kelola sampah dengan baik,” katanya.
Dia mengatakan, meski sempat terhambat dalam pembuangan sampah ke TPST Piyungan, namun pihaknya mengklaim bahwa persoalan sampah di Bantul masih bisa diatasi dengan baik, bahkan tidak menimbulkan masalah baru seperti penumpukan sampah.
“Kalau sampai dengan hari ini kita masih kondisi normal, karena kita punya depo sampah dan TPS (tempat pembuangan sementara), sehingga sampah masih bisa kita atasi, dan ini (pengelolaan sampah di TPS) yang kita kelola dengan baik,” katanya.
Namun demikian, pihaknya tetap berharap segera ada solusi terkait pengelolaan sampah di TPST Piyungan, karena kalau berhenti beroperasi dalam waktu lama dikhawatirkan timbul masalah baru dan banyak keluhan dari masyarakat terkait pelayanan sampah.
“Mudah-mudahan segera ada solusi, kemudian TPST Piyungan bisa dibuka kembali, sehingga nanti pelayanan sampah di Bantul bisa berjalan,” katanya
Comments