FeatureKab Bantul

Corporate Farming di Bantul Sukses Naikkan Produksi

0
tanah kalurahan
Bertani

STARJOGJA.COM, Yogyakarta – Corporate farming di Bantul yang digelar oleh Bank Indonesia (BI) DIY cukup sukses naikkan jumlah produksi. Probo Sukesi Kepala tim pengembangan ekonomi BI Jogja mengatakan program corporate farming di Bantul merupakan kali pertama dilakukan di DIY. Namun ia kaget dengan hasil produksi atau panen pertama.

“Kami mencoba dulu di Bantul hasilnya luar biasa, hasilnya dari 3,5 ton per Ha jadi 7,7 ton per Ha,” katanya kepada Starjogja 101,3 FM Jumat (3/5/2019).

Ia menjelaskan corporate farming merupakan usaha tani yang dilakukan dari konsolidasi lahan berasal beberapa pemilikan lahan dan digarap secara bersama-sama. Kabupaten Bantul dipilih karena menjadi salah satu sentra padi di Yogyakarta, namun dari data BPS tahun 2015 sampai saat ini semakin luas lahan tapi produksinya semakin menyusut.

Baca Juga : 65 UMKM Binaan Bank Indonesia (BI) Perwakilan DIY Naik Kelas

” 29.642 itu 199ribu ton, 2016 luas panennya naik 30 ribu ha tapi produksinya 180 ribu ton. 2017 itu 182 ribu ton. Kita ingin menjamin produksi padi, kita harus mengupayakan padi yang jadi penyumbang inflasi dapat dipastikan ketersediaannya kita coba dulu kita tidak bisa semua petani dapat disatukan,” katanya.

Corporate farming di Bantul ini menurut Probo lahan percontohan seluas 6 Ha yang dimiliki oleh 77 masyarakat petani dan pemilik lahan. Para masyarakat petani dan pemilik lahan ini mendapatkan keuntungan dari pengelolaan yang profesional.

“Keuntungannya efiseinsi biaya dari sisi produksinya hasilnya lebih banyak biaya produsinya sampai 50%, efisisensi benih dari 25 kg per Ha jadi 15 Kg per Ha karena dikelola lebih profesional,” katanya.

Probo mengatakan hasil bagus dari program Corporate farming di Bantul ini tidak mudah. Sejak dilakukan program di awal tahun 2018 pihaknya banyak menemukan masalah yang berkaitan dengan pengelolaan pertanian.

“Masalah mindset petani belum terbangun karena ini dikelola secara modern lalu ada keterbatasan pengetahuan dalam konsep pengelolaan satu pintu. Kendala dari sisi produksi, ada kendala mekanisasi lalu ketrampilan petani juga. Lemahnya kelembagaan petani. Pemasaran belum ada sop yang sama baik pra tanam hingga pasca panen,” katanya.

Wisata Kulon Progo Harus Standart International

Previous article

PM Selandia Baru Jacinda Ardern Resmi Bertunangan

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Feature