STARJOGJA.COM, Bantul – Jumari (58) tidak mengira jika puterinya yang bernama Alyza Firdaus Nabila diterima kuliah di UGM tanpa tes melalui jalur SNMPTN Undangan di Fakultas Kehutanan UGM. Walaupun anak tukang sampah, Lyza membuat bangga orang tuanya.
Jumari setiap harinya mengambil kantong-kantong yang berisi sampah rumah tangga bersama putera sulungnya untuk di antarkan ke tempat pembuangan sampah terpadu (TPST) Piyungan, Yogyakarta. Dia telah melakoni pekerjaan itu selama 13 tahun terakhir.
“Sangat bangga dan bersyukur, anak kami lyza bisa diterima kuliah di UGM. Ini menjadi kebahagiaan tertinggi bagi keluarga kami,” ucapnya sembari menahan haru.
Sembari terus bercerita tentang perjuangan keluarganya dalam membesarkan anak, bulir-bulir air mata terlihat mulai menetes membasahi pipi Jumari. Dia ingat betul bagaimana keluarganya pernah mengalami titik nadir dalam hidup. Bahkan anak pertamanya terpaksa putus sekolah saat dibangku SMA karena tidak mampu membayar uang sekolah. Karenanya dia tidak henti-henti mengucap syukur mengetahui Lyza bisa diterima di UGM.
Baca Juga : Ini Saran Ahli Gizi UGM Agar Tetap Bugar di Puasa
Mengingat kondisi perekonomian yang pas-pasan ia tidak pernah berpikir anaknya akan bisa melanjutkan pendidikan hingga jenjang pendidikan tinggi. Dari pekerjaan angkut sampah dan usaha cuci pakaian yangdijalankan istrinya hanya pas-pasan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
“Rata-rata per bulannya dari angkut sampah dan usaha cucian sekitar Rp. 1,5 juta untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari,” jelasnya.
Namun melihat ketekunan sang anak dalam belajar dan melihat prestasi akademis yang baik dia yakin sang anak nantinya dapat memperoleh pendidikan yang layak.
“Benar-benar tidak membayangkan akhirnya Lyza bisa diterima kuliah di UGM,” tuturnya.
Jumari beserta isteri dan dua anaknya tinggal di sebuah rumah kontrakan kecil seluas 46 meter persegi di Dusun Ngablak, Desa Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, DIY. Rumah tempat tinggalnya sekaligus digunakan untuk menjalankan usaha cuci pakaian.
Saat memasuki ruangan langsung terlihat dua mesin cuci dan berbagai peralatan lainnya yang memnuhi hampir separuh rumah. Lalu di sisi samping terdapat satu ruangan sempit yang berfungsi sebagai ruang serbaguna untuk tidur dan berkumpul. Di ruang itu pula Alyza belajar menggunakan sebuah meja lipat yang dipenuhi tambalan isloasi di pinggirnya. Sejak SD hingga saat ini meja usang itu selalu setia menemani Alyza belajar setiap harinya.
Lyza, begitu biasa dia disapa mengatakan sejak kecil ia telah memiliki keinginan untuk kuliah. Karenanya dia berusaha untuk tekun belajar dan berpretasi. Hasilnya dia selalu menduduki 2 besar di bangku SD dan SMP, sementara di SMA dia selalui meraih pertama. Berkat prestasinya itu dia pun berhasil masuk UGM tanpa tes dan saat ini mengajukan beasiswa BIDIKMISI agar mendapat keringanan biaya pendidikan selama kuliah nantinya.
“Saya hanya terus belajar, berusaha dan berdoa. Jika ada kemauan pasti ada jalannya dan alhmadulilah akhirnya bisa diterima di UGM,” jelasnya.
Walaupun anak tukang sampah, dengan kuliah Lyza berharap nantinya bisa sukses dan mampu mengangkat kehidupan leuarganya. Setelah berhasil nantinya dia ingin segera memberangkatkan orang tuanya hajin di tanah suci.
Nur Hayati (49) mengungkapkan bahwa Lyza merupakan anak yang tekun dalam belajar dan rajin beribadah. Dia pun sangat bersyukur anak-anaknya memahami kondisi keluarga dan tidak pernah menutut macam-macam, walaupun anak tukang sampah tapi mampu membuktikan prestasi.
“Kami orang tuanya hanya bisa mendukung doa semoga nantinya Lyza bisa lancar kuliahnya dan menjadi orang berhasil serta berguna bagi masyarakat, bangsa, dan negara,”harapnya.
Comments