STARJOGJA.COM. JOGJA – Hidup dalam kondisi kurang berkecukupan tak membuatnya berhenti meraih mimpi menempuh pendidikan tinggi. Khamal Fadloli Ain merupakan anak bungsu dari dua bersaudara yang terlahir dari keluarga yang serba pas-pasan. Namun keterbatasan ekonomi tidak lantas menghalanginya untuk meraih mimpi mendapatkan pendidikan dengan baik bahkan hingga perguruan tinggi.
“Kita tidak bisa memilih terlahir dikeluarga mana dan dalam keadaan seperti apa. Namun hidup itu pilihan dan saya memilih untuk terus berjuang melawan keterbatasan,”kata Khamal Fadloli Ain.
Putera pasangan Budi Antono (52) dan Sri Wuryaningsih (50) ini berhasil diterima kuliah di Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik UGM melalui jalur SNMPTN Undangan. Berkat ketekunan dan prestasi di sekolah Khamal bisa masuk UGM tanpa melalui tes.
Khamal mengatakan kedua orang tuanya bukanlah orang berada. Ayahnya sehari-hari bekerja sebagai musisi jalanan. Setiap malam sang ayah bersama dengan grupnya manggung di sebuah rumah makan di Yogyakarta dan menghibur para tamu yang datang di rumah makan tersebut.
Sementara sang ibu membuka warung makan di rumahnya. Namun sejak akhir tahun lalu tidak lagi berjualan karena rumah tempat tinggal mereka direnovasi. Saat ini ibunya berjualan kue yang dititipkan di warung-warung untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga.
“Sejak November 2018 lalu ibu tidak lagi jualan karena rumah rusak akibat gempa 2006 lalu dan longsor akibat lahar dingin yang menggerus Sungai Code,” jelasnya saat ditemui dirumahnya baru-baru ini. Selama direnovasi Khamal dan keluarga mengontrak di sebuah rumah kecil yang tak jauh dari rumahnya.
Saat ini Khamal dan keluarga tinggal di rumah sederhana warisan kakeknya yang berada di Sultan Ground yang berada dibantaran Sungai Code,Yogyakarta, tepatnya di Juminahan Danurejan II/99. Rumah berukuran 3×7 meter itu mereka tinggali sejak tahun 1998 silam. Sebelumnya, Khamal dan keluarga tinggal di rumah kakeknya di dalam SD Tegal Panggung. Sang kakek merupakan penjaga sekolah tersebut dan tinggal di komplek sekolah.
Dengan pekerjaan orang tua itu pendapatan yang didapat tidak seberapa. Dari mengamen biasanya setiap bulannya meraih penghasilan Rp. 2 juta dan itu pun masih harus dibagi dengan seluruh anggota grupnya yang berjumlah 5 orang. Sementara hasil dari berjualan kue tidak pernah menentu.
Meskipun hidup dalam kondisi pas-pasan, Khamal tidak pernah mengeluh apalagi merasa malu dengan keadaan keluarganya itu. Dia terus berjuang melawan keterbatasan dengan tekun belajar dan terus berprestasi di sekolah. Bahkan dia saat SMA dia mendapatkan beasiswa sehingga meringankan beban kedua orang tuanya.
“Hidup itu sebuah karunia Tuhan dan saya selalu bersyukur dengan keadaan keluarga kami saat ini,”ucapnya.
Selama menempuh pendidikan menengah atas di SMA 1 Yogyakarta, nilai-nilai akademis Khamal selalu memuaskan. Tidak hanya cakap di bidang akademis, dia juga berhasil memenangkan sejumlah penghargaan non-akademis dalam kelompok antara lain juara III lomba baris berbaris Merah Putih PPI Kota Yogyakarta (2018), juara IV lomba baris berbaris merah putih PPI provinsi DIY (2018), dan juara I lomba baris berbaris Platinum SMA N 8 Yogyakarta (2018).
“Tugas saya terus belajar, berusaha, dan berdo’a, selebihnya sudah kuasa Tuhan. Alhamdulilah usaha dan do’a-doa saya dan orang tua selama ini didengar oleh Allah,” kata Khamal yang hobi musik ini.
Pria berkacamata ini menyebutkan sempat merasa khawatir tidak bisa lolos masuk UGM. Namun kekhawatiran itu sudah terbantahkan dan yang tertinggal adalah rasa syukur dan bahagia yang mendalam karena usaha dan doa-doanya selama ini dikabulkan yang maha kuasa.
“Saya percaya kalau kita istiqomah di jalan Allah maka sesuatunya akan dimudahkan,” tuturnya.
Khamal beruntung memiliki orang tua yang mendukung cita-citanya untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya. Walapun pendapatan sehari-hari terbilang mepet, Budi Antono dan Sri Wahyuningsih memiliki harapan besar pada anak-anaknya.
“Saya dan isteri hanya tamatan SMA dan kerjanya ngamen, tetapi kami ingin anak-anak bisa mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi dari kami. Karenanya kami akan mengusahakan bagaimanapun caranya agar mereka bisa kuliah,” kata Budi.
Putera pertamanya hampir menamatkan kuliah di Institut Seni Indonesia Yogyakarta . Lalu saat ini disusul putera keduanya berhasil masuk di UGM menjadi kebanggan tersendiri bagi Budi dan keluarga besarnya.
“Awalnya saya ragu apakah anak bisa masuk UGM, sebab kami ini hanya dari keluarga yang biasa saja, bukan orang pinter dan berada,” tuturnya.
Dia pun berpesan pada Khamal untuk terus tekun belajar dan selalu menjaga ibadah agar selalu dimudahkan jalan hidupnya.
“Mudah-mudahan nanti lancar kuliahnya dan bisa mengangkat derajat keluarga,” harapnya.
Sri Wuryaningsih mengungkapkan bahwa selain tekun belajar, Khamal merupakan anak yang selalu hidup prihatin. Paham dengan kondisi keluarga, diapun tidak pernah menuntut macam-macam.
“Anak ini prihatin sekali, rajian puasa, ibadahnya kuat dan alhamdulilah keinginannya dikabulkan Allah,” katanya
Comments