STARJOGJA.COM, Yogya – Berita soal tanggal 22 Mei 2019 menyeruak di berbagai media yang ada di Indonesia. Baik media mainstream maupun media sosial membuat kondisi tanggal 22 Mei 2019 bak horor. Sejatinya tanggal 22 Mei 2019 itu merupakan Pengumuman Penetapan Hasil Pemilu 2019. Pengumumannya sejatinya biasa saja, namun respon dari hasil itulah yang membuat horor. Konon, akan timbul chaos, jutaan orang akan menggeruduk kantor KPU RI. Ini berimbas pada ribuan anggota polisi berjaga-jaga di sekitar KPU RI. Mungkin levelnya sudah awas di tingkat polisi.
Horornya lagi, sebelum waktu pengumuman Pemilu 2019 ini polisi getol menangkap para terduga teroris di beberapa daerah. Tidak hanya satu tapi banyak. Ini menggiring pemahaman penangkapan teroris itu akan beraksi di tanggal itu. Walaupun akhirnya polisi menegaskan para terduga teoris ini akan meledakaan bom saat pengumuman KPU RI. Para terduga teroris ini menurut keterangan polisi menarget polisi dan massa pendukung salah satu calon. Cis, betapa kejinya niat itu.
Tidak ada kata baik dan bagus untuk pembunuhan untuk sebuah alasan. Pembunuhan dan terorisme yang mengakibatkan terbunuhnya orang lain itu kekejian yang luar biasa. Jika itu dinamakan atas nama agama islam, sepertinya para terduga teroris itu harus belajar lagi ilmu agama islam dengan guru yang benar. Jika tidak maka akan kacau dan hanya mengakibatkan kekacauan. Standarnya, islam itu agama yang suka dengan perdamaian. Pernah dengar kan, Muslim itu adalah yang menjaga selamatnya orang lain dari tangan dan lisannya. Tangan ini bisa berarti banyak hal, kekuatan, kemampuan atau juga aksi. Jika aksinya tidak baik dan justrumenyakiti orang lain apakahitu berarti islam. Nabi Muhammad SAW pun pasti akan menyangkalnya.
Baca Juga : Pengamanan 22 Mei 2019, 45 Ribu Polisi Siap Jaga
Lalu, karena ini adalah domain politik, maka tentu bagi yang tidak setuju dengan hasil KPU RI akan bereaksi. Salah satunya menyebut People Power untuk turun kejalan menentang hasil Pemilu 2019. Ini yang beberapa ditangkap karena ingin people power ini bagian dari makar ke pemerintah.
Baiknya, polisi dan pemerintah dan orang dengan People Power itu harus berkaca. Masing-masing berkaca atas apa yang akan dilakukannya. Pertama, people power dengna turun ke jalan soal hasil Pemilu itu hanyalah aksi biasa. Bukan people power seperti tahun 98 atau di beberapa negara lain yang membuat semua orang dengan lain pandangan soal agama, politik dan gender rela turun ke jalan. Tanpa paksaan karena itu murni keinginan rakyat tanpa adanya kepentingan politik. Jika dilihat kondisi saat ini, bisa diartikan ini bukanlah People power yang dimaksud. Hanya aksi massa saja di tanggal 22 Mei 2019.
So, Polisi juga harus berkaca untuk melihat massa aksi ini. Mengamankan saja aksinya agar tidak ada kerusuhan dari aksi itu. Itu memang tugasnya seorang polisi menjamin keamanan setiap orang di Indonesia. Termasuk yang aksi maupun yang tidak.
Sementara KPU RI sudah mengumumkan hasil Pemilu 2019 menjelang sahur atau Selasa (21/5) dini hari. Itu berarti sehari menjelang tanggal 22 Mei 2019. Lalu, apakah massa aksi yang awalanya akan turun di tanggal 22 Mei 2019 akan kemabli turun ke jalan. Sepertinya KPU RI memiliki cara yang baik agar hasil Pemilu 2019 tidak turun korban, melihat dari pandangan 22 Mei 2019 akan chaos. Salah satu paslon sudah langsung menolak hasil dari Hasil Pemilu 2019. Namun, setidaknya tidak ada korban dari hasil pengumuman KPU RI ini.
Lalu, ini nantinya apakah akan ada peolpe power atau hanya massa aksi saja atau tidak ada apa-apa saja.
Comments