STARJOGJA.COM, Esai – Siapa sangka bulan terus berganti dan melewati beberapa moment penting kita seabgai manusia. Lebaran salah satu peristiwa besar umat islam setelah berpuasa 30 hari lamanya. Namun muncul pertanyaan, lebaranmu gimana ? Ya gitu deh.
Wah, moment lebaran begitu cepat saja kita lalui tanpa makna yang bisa kita ambil. Paling gampang makna yang bisa diambil manusia saat ini soal lebaranmu gimana, ya perutnya yang melebar. Kembali lagi seperti semula, berat badannya, kebiasaan makan, tidur hingga sikap.
Puasa selama sebulan penuh seolah tidak ada tapaknya. Seolah tersapu angin atau ombak yang datang begitu cepat. Tanpa pernah melihat lagi apa arti dari puasa selama sebulan penuh. Puasa ramadhan bagi sebagian orang adalah latihan. Ya, betul. Latihan. Latihan bagaimana menahan semua hawa nafsu makan, minum, penglihatan, berbicara dan berpikir. Berpikir pun kita masih sama dengan tahun lalu, padahal sebagai manusia seharusnya pola pikirnya harus terus berubah. Tentu menuju kebijakan. Sehingga bagi yang tidak mengetahui artinya maka ia akan kembali saja menjalani bulan setelah ramadhan ya seperti bulan sebelum puasa.
Baca Juga : Orang Indonesia Makan Lebih Banyak Saat Puasa dan Lebaran
Ini pun ada di pikiran saya, saat sedang duduk menunggu bakso pesanan di alun-alun suatu malam. Ketika sedang menunggu itulah ada dua orang pasangan muda mudi yang juga memesan bakso yang sama. Tepat berada di depan saya, jadi saya tahu apa saja yang dilakukan kedua orang itu. Kurang lebih menunggu selama 15-20 menit dua orang itu matanya tertuju pada masing-masing handphone mereka. Sampai pesanan mereka datang baru perhatian mereka tertuju pada bakso itu. Lalu saya pikir, dengan ketawa bagaimana bisa mereka hanya fokus pada HP mereka dan tidak peduli dengan sekitar. Saat mereka menjadi generasi menunduk itu tepat di sisi selatannya ada motor jatuh dan membuat orang ramai membantu tukang parkir. bagaiman jika itu adalah motornya ketika semua orang ramai membantu tukang parkirnya ia hanya terdiam saja disana.
Ternyata saya sendiri terkena dengan sikap itu, ya, sikap menahan hawa nafsu dari sisi berpikir inilah belum bisa saya kendalikan. Betapa kita sering mengurusi urusan orang lain dan tidak memperbanyak urusan sendiri. Mungkin kita bisa menahan nafsu makan dan minum tapi ketika menahan berpikir menyerang orang lain ini sangat susah sekali. Susah karena itulah yang harus dihadapi di bulan setelah puasa ramadhan. Sehingga ketika masuk puasa ramadhan tahunlalu, kita sudah berubah dengan positif thingking. Selanjutnya kita harus berubah, termasuk dari berpikir yang memang tidak terlihat layaknya makan dan minum. Pikiran itulah yang membuat hati kita tertutupi oleh nilai diri kita sendiri. Jadi pertanyaannya lebaranmu gimana?
Comments