STARJOGJA.COM, JOGJA – BMKG Yogyakarta mengingatkan masyarakat di DIY akan merasakan udara yang lebih dingin pada malam hingga pagi hari dan bisa mencapai 18 derajat Celcius.
“Ada beberapa faktor penyebab suhu dingin yang dirasakan masyarakat, di antaranya pada musim kemarau didominasi langit cerah dan tidak ada tutupan awan,” jelas Kepala Unit Analisa dan Prakiraan Cuaca Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Sigit Hadi Prakosa dikutip dari antaranews.com.
Menurut Sigit , kondisi ini mengakibatkan pelepasan radiasi panas dari bumi ke atamosfer pada malam hari tanpa ada halangan, sehingga pantulan panas dari bumi yang diterima dari sinar matahari tidak tertahan oleh awan dan langsung terbuang dan hilang ke angkasa.
“Ini mengakibatkan suhu udara di permukaan bumi cepat mendingin,” katanya.
Ia mengatakan, faktor kedua yakni pada bulan Juni benua Australia mengalami musim dingin, hembusan angin dari Australia ke Asia yang melewati Jawa berpengaruh terhadap penurunan suhu udara.
“Hal itu disebut Monsoon Dingin Australia atau pergerakan massa udara dari Australia dengan membawa massa udara dingin dan kering ke Asia dan melawati Indonesia,” katanya.
Kemudian faktor ketiga yakni pada bulan Juni posisi matahari dalam gerak semu tahunan berada hampir di garis balik utara atau 23.5 LU.
Hal ini berdampak pada menurunnya intensitas radiasi matahari yang diterima wilayah Indonesia bagian selatan. Ditambah lagi kandungan air di dalam tanah menipis, kandungan uap air di udara juga rendah. Hal tersebut dibuktikan dengan rendahnya kelembaban udara.
“Interaksi beberapa faktor inilah yang menyebabkan suhu yang kita rasakan dalam beberapa hari ini terasa lebih dingin,” katanya.
Sigit mengatakan, dari pantauan lima hari terakhir, pihaknya mencatat suhu wilayah Yogyakarta berkisar antara 18-20 derajat Celsius.
“Suhu dingin ini kami prediksikan berlangsung hingga Agustus, paling dingin pada 17 Juni lalu dengan suhu mencapai 19 derjat Celcius,” katanya.
Comments