STARJOGJA.COM. JOGJA – Anjloknya harga ayam ras sudah terjadi sejak akhir 2018 silam, namun namun penurunan harga terparah terjadi mulai enam bulan terakhir. Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan (Pinsar) Indonesia Jawa Tengah, Parjuni, mengatakan, selama hampir 10 bulan terjadi kelebihan suplai.Pinsar Minta Pemerintah Selamatkan Peternak Kecil .
“Kerugian setiap bulannya sudah Rp 4.000 per ekor. Kalau dikalkulasikan selama 10 bulan terakhir, ya kerugian kami mencapai Rp240 juta sampai Rp40 miliar,” katanya kepada Star Jogja FM, Kamis ( 27/06).
Parjuni mengaku kecewa terhadap kebijakan yang dilakukan Kementan selama ini. Sebab, imbasnya dirasakan oleh para peternak boiler di setiap daerah.
“Kami sudah berupaya mengingatkan Kementan tentang bahaya oversupply ayam boiler di tengah masyarakat. Sekarang kejadian kan harganya hancur ,” ujarnya.
BACA JUGA : Ribuan Orang Antri Pembagian 5000 Ekor Ayam Gratis
Pardjuni mengatakan pihaknya telah meminta pemerintah bertindak dengan mengurangi pasokan itu. Jika tidak, Parjuni melanjutkan, akan menyebabkan kelebihan pasokan dan pasti akan terjadi penumpukan secara terus menerus. Dampaknya, jumlah pasokan ayam akan semakin membludak sehingga tidak seimbang dengan permintaan.
“Karena tidak seimbangnya demand dan suplai ini maka terjadi over suplai. Mau tidak mau kami juga harus menjual ayam yang kami miliki. Karena setiap hari kami juga harus mengeluarkan biaya untuk perawatan dan pakan,” ucapnya.
Sebagai konsekuensi adalah harga ayam ras jelas tidak sesuai dengan harga seharusnya. Hal ini karena pedagang hanya akan membeli sesuai dengan kebutuhannya. Sementara, pasokan ayam yang dimiliki peternak cukup banyak.
“Makanya kami minta pemerintah segera action. Harga ini sudah di luar kemanusiaan. Sudah banyak peternak kecil yang kurangi produksi dan terancam bangkrut ,” pungkasnya.
Ia juga menjelaskan aksi bagi-bagi ayam kemarin adalah bagian dari protes peternak kepada pemerintah serta menyadarkan masyaraka jika sebenarnya harga ayam itu tidaklah setinggi yang mereka beli saat di pasar.
Comments