STARJOGJA.COM, LIFESTYLE – Saat ini, bertemu dan mengawali suatu hubungan dengan seseorang melalui media sosial, pesan instan, dan situs kencan online sudah menjadi hal yang wajar. 69 Persen Perkenalan di Dunia Maya Berlanjut “Kopi Darat”
Platform online seperti menjadi sebuah alat bantu sosial, yang memungkinkan orang untuk memulai suatu interaksi hanya dengan kelihaian kata-katanya, ketimbang harus melalui proses interaksi tatap muka yang terkadang dapat membuat seseorang menjadi sangat canggung dan malu.
Media sosial dengan caranya menghilangkan beberapa tantangan sosial dan memberikan kebebasan dari risiko penolakan, serta memperbolehkan orang untuk saling mengenal sesuai dengan apa yang ingin mereka perlihatkan saja.
Namun, berkomunikasi melalui cara-cara yang sudah sangat terencana dan bahkan terkesan dibuat-buat seperti itu dapat menciptakan sebuah keakraban palsu, atau bahkan menciptakan rasa tidak aman dan kecemasan sosial. Contohnya, beberapa orang mungkin berpikir kalau teman kencannya akan lebih menyukai “dirinya di dunia online” dibandingkan dengan “dirinya di dunia nyata”, yang mungkin penuh dengan kekurangan.
“Pada akhirnya sangat penting untuk membawa semua ke dalam kehidupan nyata, ketika kamu telah mencapai tingkat tertentu dalam suatu hubungan dengan orang yang kamu temui secara online,” Melissa menambahkan.
Ia menyebut Salah satu trik untuk melanjutkan pendekatan yang sudah dilakukan secara online ke dunia nyata adalah dengan meningkatkan medium interaksinya secara perlahan; mulai dari situs kencan ke media sosial, diikuti dengan pesan instan, lalu telepon, dan kemudian akhirnya menentukan waktu dan tempat untuk bertemu.
BACA JUGA : Generasi Milenial Senang Berkencan dengan Orang Lebih Dewasa
Hal ini juga disetujui oleh mayoritas pengguna OkCupid di Indonesia, sebanyak 69% dari mereka memilih untuk bertemu langsung dengan orang yang mereka temui secara online. Sehingga mereka dapat lebih saling terbuka untuk berbagi cerita pribadi atau curhat, melakukan percakapan yang lebih mendalam, dan membangun kedekatan lebih lanjut.
Hal ini mungkin yang menjadi alasan kenapa masyarakat Indonesia pada umumnya tidak terlalu merasa terganggu ketika pemerintah menerapkan pembatasan akses ke beberapa fitur media sosial – seperti mengirim gambar dan video – selama beberapa hari pada saat kerusuhan bulan Mei lalu, yang disebabkan oleh adanya ketidakpuasan dari pendukung salah satu calon presiden.
Bahkan, sebagian besar orang Indonesia justru mendukung kebijakan tersebut agar media sosial tidak digunakan sebagai medium untuk menyebarkan hoax dan fitnah antar partai politik, selama masa pemilu. Hal ini didukung dengan temuan OkCupid yang mengungkapkan 95% penggunanya setuju kalau pemerintah dan masyarakat seharusnya bekerja sama dan mau bertindak lebih dalam melindungi negara.
“Kami cukup terkejut dengan temuan ini. Biasanya, orang akan kecewa ketika ada masalah dengan media sosial mereka, apalagi jika dibatasi dalam penggunaannya. Namun, ternyata hal ini tidak berlaku bagi orang Indonesia. Survey kami membuktikan bahwa mereka dapat menanggapi dan menerima pembatasan ini dengan bijaksana,” jelas Melissa.
Ternyata konsumsi masif media sosial di Indonesia, yang diketahui sebagai salah satu yang tertinggi di dunia, tidak mengartikan adanya sebuah ketergantungan. Para pengguna di Indonesia secara umum merupakan orang-orang yang percaya bahwa apapun yang terjadi di dunia online harus berlanjut pula ke dunia nyata.
Bagi orang Indonesia, kedai kopi merupakan pilihan tempat utama ketika bertemu dengan teman kencan online untuk pertama kalinya, menurut 41% pengguna OkCupid. Sementara, 24% lainnya memilih berkencan dengan pergi makan malam bersama.
“Media sosial dan situs kencan online sangat efektif untuk mendapatkan perhatian dan memulai interaksi dengan seseorang. Akan tetapi, usahamu tidak boleh berhenti di situ saja. Bawalah ke dunia nyata. Karena hanya di dunia nyatalah kamu bisa merasakan hubungan yang nyata dan menciptakan keintiman. Sesuatu yang sangat disadari oleh para pengguna kami di Indonesia,” tutup Melissa.
SUMBER : Bisnis.com
Comments