STARJOGJA.COM, Esai – Beberapa hari ini publik dihebohkan dengan sosok yang satu ini. Yup, kabar “si jenius” Audrey Yu Jia Hui beredar secara massif lewat berbagai media sosial dan pesan berantai di Whatsaap group (WAG).
Mungkin pembaca menjadi salah satu di antaranya yang mendapatkan isi kabar seperti ini :
” Audrey Yu Jian Hui, arek suroboyo asli. Kecerdasan dan kepintarannya luar biasa. SD ditempuh 5 th, SMP ditempuh 1 th, SMA ditempuh 11 bln semuanya di Surabaya. Usia 13 thn dia mau msk Universitas di Indonesia tdk ada yg mau menerima.
Akhirnya dia memutuskan kuliah di AS tepatnya di Virginia. S-1 dan S -2 ditempuh hanya 3 th. Dgn ijasah S-2 nya dia mau msk ke TNI, tdk bs diterima krn usianya krg dr 17 th. Dia punya 2 gelar sarjana, Fisika dan Bahasa.
Baca Juga : Berani Datang ke Nikahan Mantan!
Dia aktif menulis buku tentang Indinesia dan jd best seller di seluruh Dunia. Bukunya yg terkenal adlh Indonesia Tanah Airku, Aku Cinta Indonesiaku. Krn gagal msk TNI dia memutuskan ambil S-3 di Paris jg ambil 2 bidang Fisika dan Bahasa. Lulus diusia krg dr 25 thn.
Dia lgsg diterima kerja di Badan Antariksa Amerika (NASA) dgn gaji 200 jt/bln. Stlh ketemu Jokowi di KTT G-20 di Jepang kmrn, ditawari msk ke BPPT dan dgn antusias dia terima tanpa mikir brp gajinya. Dia hanya blg Indonesia Love You. Aku datang u/ mengabdi padamu ”
Dan benar saja !! Klarifikasi kemudian berdatangan dari berbagai pihak.
Ternyata fakta alias kenyataan itu tak sebombastis dan seheboh yang diberitakan. Apalagi sampai ketemu Jokowi segala. Audrey Yu Jia Hui ternyata masih mengikuti pendidikan S1 di Amerika. Pihak istana pun turut bersuara membantah adanya kabar pertemuan itu.
Dan semua yang kemarin menyebarkan dengan rasa bangga, mendadak tersipu malu karena sudah menyebarkan berita yang tidak benar. Tak sedikit mereka yang boleh disebut punya kecerdasan dan juga akses informasi yang sedemikian luas juga terjebak dalam pusaran peredaran informasi yang boleh disebut sebagai hoax ini.
Kita tak akan lupa akan kabar soal seorang siswi SMA yang mampu menyatakan pendapatnya soal keberagaman. Viralnya tulisan siswi ini pun tak luput dari peran share di media sosial. Publik pun heboh memberikan apresiasi. Media besar pun ikut bergerak memberitakan dan mengangkat popularitasnya. Liputan hingga ketemu presiden membuktikan viralnya informasi yang dipercaya kebenarannya itu.
Namun, saat terungkap jika tulisan itu adalah hasil copy paste, publik pun ramai-ramai mengecam dan langsung lupa akan apa yang dulu mereka share. Mereka yang membantingnya itu merasa tertipu karena terikut arus besar pemberitaan. Namun, publik pun cepat lupa dan kembali heboh saat ada banyak ” drama ” yang muncul mengharu biru dan menyedot empati masyarakat.
Era media sosial ini memang membuat kecepatan jari kita secepat cahaya. Belum sempat berpikir, sudah ter-share ke mana-mana. Kadang dibumbui pertanyaan naif, “Benarkah ini?” Kita tidak punya waktu sedikit saja untuk menunggu atau bahkan mencari info berita yang benar. Semakin cepat kita menyebarkan, semakin bangga kita. ” Aku tahu lebih dulu dari kalian.” Begitu pesan yang ingin disampaikan.
Berkaca dari itulah, penulis tak lelah untuk kembali mengingatkan butuh sikap bijak saat bermedia sosial. Kecepatan dan pengakuan ” akulah yang nomer satu dan lebih dahulu tahu darimu” bisa menjebak kita. Ada banyak cara untuk mencari tahu soal kebenaran sebuah informasi. Jejak digital bisa jadi salah satu cara untuk menemukan informasi yang benar.
Kita pun harus sadar akan jerat UU ITE yang bisa mengantarkan kita ke level paling bawah karena jeratan hukum. Maksud hati ingin ikut berbagi namun karena kita terjerat pasal penyebaran berita bohong maka hukuman pun menanti.
Sekali lagi, hoax masih jadi musuh kita bersama. Bijaklah menggunakan jari anda ! Karena saaat ini Jarimu adalah Harimaumu !!
Comments