STARJOGJA.COM, Esai – Penyu merupakan reptil purba yang hidup di lautan dan sering berimigrasi ke tempat yang jauh pada musim – musim tertentu. Waktu bermigrasi para penyu tidak menentu, tergantung species penyu tersebut dan kondisi alam sekitarnya. Biasanya mereka bermigrasi di sepanjang kawasan Samudera Hindia, Samudera Pasifik dan Asia Tenggara.
Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki beberapa pantai yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Sehingga tidak heran, banyak penyu yang sering mendarat untuk berimigrasi dan bertelur di sepanjang pantai selatan DIY, seperti di Pantai Samas, Pantai Pelangi dan Pantai Trisikan. Menurut data dari Dinas Perikanan dan Kelautan DIY, species penyu yang biasa singgah mendarat untuk bertelur di wilayah Pantai DIY antara lain penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu lekang (Lepidochelys olivacea), penyu hijau (Chelonia mydas) dan penyu belimbing (Dermochelys coriacea).
Tetapi pada masa ini, pergeseran fungsi lahan yang menyebabkan kerusakan habitat pantai dapat berpengaruh terhadap kepunahan penyu. Oleh karena itu, sudah seharusnya penyu – penyu ini di konservasi supaya tetap terlestarikan. Penyu sangat bermanfaat untuk menjaga ekosistem di lautan, untuk itulah mereka perlu dilestarikan keberadaannya. Sebagai momen pengingat atas eksistensi penyu, dunia memperingati “World Sea Turtle Day” setiap tanggal 16 Juni.
Baca Juga : Wujudkan Kualitas Udara Bersih di Yogyakarta
Status Konservasi Penyu
Data Internasional menyatakan bahwa penyu masuk dalam daftar merah (red list) IUCN dan Appendix I CITES yang berarti keberadaan populasinya di alam telah terancam punah, sehingga segala bentuk pemanfaatannya dan peredarannya harus ditangani khusus dan serius terlebih dalam cara konservasinya. Penanganan khusus tersebut diberikan mulai dari
perawatan telur penyu hingga pelepasan anak penyu atau tukik. Di Indonesia penyu diberikan status dilindungi oleh Negara yang diatur dalam PP Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis – Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. Selain itu, kemunculan UU No. 31 tahun 2004 tentang perikanan serta PP 60 tahun 2007 tentang Konservasi Sumber daya Ikan memberikan nuansa baru dalam pengelolaan konservasi penyu. Sejauh ini, telah banyak kebijakan yang dibuat pemerintah sebagai upaya pengelolaan konservasi penyu dengan melakukan kerjasama regional dengan berbagai pihak.
Siklus Hidup Penyu
Dikutip dari buku Pedoman Teknis Pengelolaan Konservasi Penyu (2009), berikut adalah tahapan hidup penyu mulai dari mengandung telur mereka akan menuju ke pantai dan naik ke pantai untuk mencari dan melacak pasir yang tepat untuk membuat suatu sarang. Pada tempat yang cocok, penyu akan menggali kubangan sebagai tumpuan tubuhnya (body pit), dilanjutkan menggali sarang telur di dalam body pit. Biasanya, seekor penyu membutuhkan waktu sekitar 45 menit untuk menggali sarangnya. Setelah sarang telur sudah siap, penyu akan mengeluarkan telurnya satu per satu, saat mengeluarkan telur ekor penyu akan tampak melengkung. Proses pengeluaran telur ini berlangsung selama 10 – 20 menit.
Setelah semua telur sudah diletakkan, sarang telur tersebut nantinya akan ditimbun dengan pasir menggunakan sirip belakang penyu, kemudian akan menimbun kubangan (body pit). Lalu penyu – penyu yang usai bertelur tadi, akan membuat penyamaran jejak yang berguna untuk menghilangkan jejak dari predator – preadator yang menuju lokasi bertelurnya, lalu penyu – penyu itu akan kembali ke lautan lepas lagi. Jika musim peneluran sudah berakhir para betina akan kembali ke ruaya pakannya dan tidak akan bertelur lagi untuk 2 – 8 tahun mendatang. Telur yang menetas akan menghadirkan anak penyu yang dinamakan tukik.
Ancaman Penyu
Penyu yang hidup di alam lepas tidak pernah memiliki kehidupan yang tenang. Di Indonesia sendiri, penyu dapat dijadikan bahan konsumsi maupun dijadikan hiasan pajangan bagi manusia. Harga penyu akan cukup mahal apabila dijual sehingga tidak sedikit nelayan yang akan memburu para penyu untuk dijual. Beberapa ancaman alami yang mereka hadapi di alam antara lain adalah predator yang suka memangsa para tukik sehabis mereka menetas dari telur dan keluar dari sarang. Para predator ini dapat mengancam di daratan (pemangsa di darat seperti babi hutan, anjing liar, biawak dan burung elang) maupun di lautan (di antaranya ikan cucut). Ancaman lainnya adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau karena pencemaran lingkungan di sekitar habitat penyu. Selain itu, perubahan iklim yang dapat menyebabkan air laut naik juga dapat menjadi ancaman bagi para tukik dan juga banyak terjadi erosi pantai sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap berubahnya daya tetas dan keseimbangan rasio kelamin tukik. Selain ancaman diatas, gangguan lainnya yang dapat mengancam penyu yang hendak bertelur antara lain cahaya, suara bising, lingkungan koyor dan keramaian sering mengganggu mereka untuk bertelur karena satwa ini sangat sensitif terhadapa hal tersebut diatas.
Cara Melestarikan Penyu
Perlunya edukasi yang dilakukan pemerintah tentang cara – cara konservasi penyu kepada masyarakat merupakan hal penting yang harus dilakukan. Edukasi ini bertujuan agar masyarakat umum mengetahui cara mengkonservasi penyu dengan baik dan benar. Di Pantai pesisir selatan DIY seperti Pantai Trisik sendiri sudah diberlakukan hal tersebut dengan diadakannya konsep edutourism, dimana masyarakat dapat belajar sekaligus melihat langsung dan mempraktikan sendiri langkah – langkah untuk melestarikan penyu. Selain melakukan sosialisasi, perlu juga diadakan kampanye perlindungan penyu ke sekolah – sekolah mulai dari taman kanak – kanak hingga perguruan tinggi sebagai upaya menanamkan jiwa kepedulian terhadap kelanngsungan hidup penyu.
Sosialisasi dan kampanye digital juga perlu dilakukan, seperti membuat konten – konten yang mendukung pelestarian hidup penyu dan cara – cara perlindungan penyu di sosial media. Sebagai bentuk lainnya, membentuk atau bergabung pada suatu kelompok atau organisasi yang bergerak dalam bidang konservasi penyu merupakan cara yang sangat efektif bagi siapapun yang mau terlibat dalam pelestarian kehidupan penyu. Di DIY sendiri sudah banyak organisasi atau kelompok yang mendukung pelestarian penyu dan tersebar di berbagai pantai. Kalau bukan kita yang menjaga mereka, lantas siapa lagi yang akan melestarikannya?
Oleh Irene Agni Teatrawan
Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta
Comments