Selasa Wage yang kini menjadi triger menjadikan Malioboro sebagai pedestrian menjadi kesempatan bagi para pengunjung milenial untuk menikmati Malioboro. Terlebih juga ditambah dengan Malioboro Day yang digelar setiap Jumat Malam setiap bulannya.
Baca Juga : Ini Antusiasme Masyarakat Sambut Jokowi di Malioboro
” Program kami lakukan dinas pariwisata seperti di Malioboro Day itu sebulan yang lalu. kami selenggrakan pentas. Itu pentas terpanjang mulai dari ujung utara Malioboro sampai selatan sisi selatan Malioboro. Pentas itu kami kemas juga, dari data yang sesuai pasar dikurasi dulu oleh expert jadi jelas pentasnya,” katanya.
Baca Juga : Ini Antusiasme Masyarakat Sambut Jokowi di Malioboro
Malioboro Day dan Selasa Wage ini merupakan atraksi yang dilakukan Dinpar DIY. Hal ini untuk menggaet pasar milenial yang mendominasi Malioboro.
“Sekarang apapun menyasar milenial dari wisata dari kunjungan khususnya domestik itu 60% itu usia milenial. Kita peroleh dari beberapa bulan lalu kami menangkap peluang itu meningkatkan jumlah kunjungan,” katanya.
Semua kegiatan atau atraksi wisata di DI Yogyakarta ini bisa dilihat melalui web milik Dinpar DIY. Calon pengunjung Malioboro maupun destinasi wista lainnya bisa melihat langsung melalui website visitingjogja.com.
“Visitingjogja.com kami dapat award 2017 Best of The Best Own Media. Ada 5 propinsi yang masuk best website dan the bestnya Jogja. Jogja istimewanya performnya ikon Jogja Istimewa warna merah muncul. Lalu kami juga gerakkan medsosnya kami punya sop kami terapkan untuk menggenjot event kami yang kami publish. Ada tim sendiri,” katanya.
Wisatawan milenial bisa melihat 47 event yang ikonik dari 177 event di DIY di website tersebut. Sehingga para milenial dapat merencanakan dengan baik wisata ke Kota Budaya ini.
“Event kami Jogja Airshow secara nasional nomor 4 atraksi anak- anak milenial,” katanya.
Selain atraksi wisata dan website yang gampang dibuka oleh para milenial ini, Dinpar DIY juga memiliki program pasar milenial melalui olah raga.
“Kami bisa menangkap dan sport tourism ini jadi pasar mereka tidak hanya lari, sepeda, jalan sehat dan climbing, dayung itu lebih menantang,” katanya.
Setelah perencanaan yang matang maka wisatawan dapat mengatur sendiri rencana liburan termasuk menginap di Yogyakarta. Melalui media sosial yang dikelola Dinpar DIY para wisatawan milenial ini dapat mendokumentasikan di media sosial mereka.
“Destinasi yang instagramable sekarang baru ngetrend. Meskipun di pasar mancanegara.Kalo manca tidak semuanya menyukai untuk selfie tapi melakukan sesuatu
Kalibiuru itu masuk itu kan instagramable dan apalagi menemukan hal yang baru,” katanya.
Wisatawan Milenial Manca
Yogyakarta menjadi destinasi kedua setelah Bali untuk kategori wisatawan asing atau mancanegara. Namun, pihaknya tengah menyiapkan langkah untuk menggaet wisatawan milenial manca ini.
” Sekarang ada trend baru, trend kedepan 2020 untuk wisman justru Eco Tourism Packing itu yang dicari., seperti mengunjungi proses penyulingan air bersih, pengolahan sampah dari membuang dipisahkan di proses lalu jadi apa itumenarik mereka,” katanya.
Eco Tourism Packing ini tengah dikerjakan di pemerintahan maupun pelaku wisata. Peluang ini sudah ditangkap para pelaku wisata di Jogja untuk para wisatawan milenial mancanegara ini.
“Saya sering melihat ketika pergi ke pasar tradisonal ada grup wisata manca banyak, mereka menikmati dan terheran ketika ada transkasi cash,” katanya.
Pengalaman inilah yang membuat Yogyakarta cepat bergerak untuk menangkap pasar milenial Manca negara. Sebab, jika dilihat wisatawan milenial yang datang ke Yogyakarta ini 60% nya merupakan para milenial.
“Sudah menangkap seperti Via Via travel dan Panorama ketika membawa wisatawan ke Jogja itu ada free additional package jalan-jalan ke pasar tradisional menonton aktivitas penjual dan pembeli tawar menawar lalu melihat ada ayam, lalu jalan ke Plengkung (gading) dan jalan di skeitar mereka tinggal di hotel,” katanya.
Marlina menjelaskan fasilitas di sepanjang jalan Malioboro tersebut juga membuat para milenial ini betah dan tinggal lama di obyek wisata utama di Yogyakarta ini.
“Tidak lihat libur atau tidak, Malioboro selalu ramai. Ditambah dengan kursi-kursi di sepanjang Malioboro ini jadi daya tarik ada peningkatan jelas dari milenial,” katanya.
Roni salah satu pengunjung dari Mojokerto mengaku datang ke Yogyakarta dalam rangka liburan bersama teman kantor. Setidaknya tiga hari menghabiskan waktu di kota Gudeg ini.
“Pesan tiket lewat KAI Acces, cepat kok dan gampang. Planning cuma ga sampai seminggu akhirnya kita dapat liburan bareng ke Jogja,” katanya.
Ia pun memesan hotel lewat salah satu aplikasi booking hotel. Termasuk juga memesan kendaraan rental di Yogyakarta.
“Sekarang semuanya tinggal pencet aja sih, telepon dan beres. Persiapannya pun juga tidak lama, yang penting ada uangnya,” kekehnya.
Roni mengaku Malioboro menjadi satu destinasi yang wajib dikunjungi ketika datang ke Yogyakarta. Walaupun hanya menikmati suasana malam Malioboro.
“Kita tadi malam di titik nol, sebelumnya dari pantai Parangtritis. Di titik nol Malioboro ya cuma duduk-duduk foto-foto dan menikmati suasana Malioboro sampai jam 4 kemudian pulang ke hotel. Ada bule juga lho sampai pagi, sama kok menikmati suasana aja,” katanya.
Comments