STARJOGJA.COM, News – Ketua Asosiasi Real Estat Broker Indonesia (AREBI) Lukas Bong mengatakan bahwa pertumbuhan permintaan hunian dan transaksi untuk hunian kelas menengah atas yang stagnasi menjadi kontributor terbesar perlambatan harga rumah.
Adapun, permintaan hunian untuk kelas menengah ke bawah yang dibutuhkan pembeli untuk ditempati (end user) dengan harga di bawah Rp1 miliar masih berjalan.
“Jadi, memang investor itu sebenarnya masih ada yang wait and see, padahal permintaan hunian kelas atas omzetnya kan besar. Jadi, karena tidak ada permintaan, memengaruhi pertumbuhan harga rumah secara keseluruhan,” ungkapnya kepada Bisnis, Senin (12/8/2019).
Baca juga: Tingkat Penghunian Kamar Hotel Berbintang di April 60,42 Persen
Lukas memprediksi pada kuartal ketiga 2019 tingkat pembelian rumah bisa mengalami perbaikan.
“Kelihatan beberapa pengembang sudah mulai menyiapkan untuk meluncurkan proyek-proyeknya dalam waktu dekat, diharapkan ini bisa membantu mendorong permintaan dan juga harga rumah,” katanya.
Selanjutnya, Lukas menuturkan bahwa salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk membantu menggenjot harga properti residensial adalah relaksasi peraturan-peraturan dari pemerintah.
“Naik harga itu kan berarti kan dari sisi demand, dari sisi konsumen. Berarti dari pemerintah bisa mengeluarkan beberapa kebijakan yang bisa mendorong seperti suku bunga bank diturunin, DP [down payment/uang muka] diperlonggar. Karena kebijakan apapun itu, ujung-ujungnya kosumen yang kena,” jelasnya.
Meskipun untuk memberi dampak perlu waktu yang tidak sebentar, kata Lukas, hal itu bisa membantu mendorong pertumbuhan sektor properti tidak hanya dari segi harga, tapi juga pertumbuhan dari segi lainnya.
“Soalnya, kalau daya beli menurut saya ada orang Indonesia itu, cuma preference-nya belum ke properti dan adanya aturan-aturan pemerintah yang banyak itu juga jadi menghambat. Ke depan harapannya aturan-aturan itu lebih pro ke konsumen lah,” tambah Lukas.
Comments