STARJOGJA.COM, HEALTH – banyak sekali jenis penyakit yang terjadi tanpa gejala dan tiba-tiba menyerang. Salah satu penyakit itu adalah aneurisma otak.
Penyebab aneurisma otak bisa jadi adalah bakat yang dimiliki karena faktor genetik alias riwayat keturunan. Bakat penyakit ini kemudian dapat berkembang karena gaya hidup yang tak mendukung.
Aneurisma otak merupakan jenis kelainan pembuluh darah di otak. Aneurisma terjadi ketika pembuluh darah melebar atau membentuk gelembung karena tekanan darah yang tinggi. Aneurisma bisa terjadi di bagian pembuluh darah selain di otak, misalnya di jantung, aorta, dan lain-lain. Kelainan ini membuat timbulnya gelembung-gelembung pada pembuluh darah yang jika tidak ditemukan sejak dini bisa pecah kapan saja. Ibarat bom waktu, pecahnya aneurisma otak bisa menjadi serangan yang mengganggu kualitas hidup selamanya.
“Lebih dari 90 persen kejadian aneurisma di otak tidak bergejala, hanya sebagian kecil yang menunjukkan gejala seperti nyeri kepala, gangguan gerak mata, dan gangguan saraf otak lainnya,” ujar dokter spesialis saraf Rubiana Nurhayati.
Berdasarkan bentuknya, aneurisma paling sering terjadi dalam bentuk aneurisma sakular, yakni gelembung balon. Kantong aneurisma bisa terjadi dengan ukuran beragam dengan diameter kantong 3 milimeter, hingga kelompok raksasa lebih dari 25 milimeter.
Persoalannya, aneurisma otak tidak bergejala saat gelembung aneurisma belum pecah. Sementara ketika aneurisma pecah, situasinya biasanya sudah fatal. Aneurisma otak yang pecah menimbulkan perdarahan di otak alias strok perdarahan. Kondisi ini biasanya ditandai dengan sakit kepala yang sangat hebat yang terjadi secara medadak. Leher penderita juga terasa kaku, dan hilang kesadaran.
Dokter Spesialis Bedah Saraf Mardjono Tjahjadi dari RS Pondok Indah-Pondok Indah Jakarta mengatakan bahwa apabila aneurisma sudah pecah, perdarahan di otak akan menimbulkan dampak yang fatal seperti kelumpuhan bahkan kematian.
Itulah sebabnya dia mendorong masyarakat untuk menemukan aneurisma sejak dini, agar pecahnya gelembung aneurisma tidak sempat terjadi. Pencegahan dapat dilakukan apabila aneurisma ditemukan sebelum pecah melalui pemeriksaan seperti CT-scan dan MRI.
BACA JUGA : Kopi Dapat Melindungi Otak Anda ?
Pecahnya aneurisma tidak hanya membawa kerugian pada kesehatan, tetapi juga kerugian finasial. Apabila aneurisma pecah, pasien harus dioperasi untuk menyumbat aneurisma yang pecah. Dengan biaya perawatan yang sangat tinggi, pasien harus dirawat di intensive care unit (ICU) dan melewati terapi jangka panjang.
“Sementara kalau aneurisma ditangani sebelum pecah, operasi hanya berlangsung sebentar dan hanya dirawat beberapa hari saja,” ujar Mardjono.
Baik sebelum pecah maupun sesudah pecah, penanganan aneurisma dilakukan dengan metode yang sama. Dokter yang akrab disapa Joy ini mengatakan bahwa penanganan aneurisma dilakukan dengan dua metode yakni surgical clipping dan kateterisasi.
Surgical clipping dilakukan melalui operasi dengan memasukkan kawat kecil ke area aneurisma. Dengan klip dari kawat tersebut, aneurisma yang belum pecah akan dijepit dan kalau sudah pecah akan ditutup dengan penjepit alias klip tersebut. Pilihan lain adalah kateterisasi, yakni operasi untuk menyumbat balon aneurisma agar tidak pecah, dan atau perdarahan dapat berhenti. Penyumbatan aneurisma yang belum pecah lebih memungkinkan pasien untuk sembuh 99%.
Kebiasaan merokok dan penyakit tekanan darah tinggi dapat meningkatkan risiko aneurisma otak. Joy mengatakan bahwa screening sangat diperlukan agar dapat mendeteksi aneurisma sejak dini. Untuk memperlambat membesarnya aneurisma modifikasi gaya hidup juga harus dilakukan.
“Bila Anda memiliki faktor risiko aneurisma otak, tidak ada salahnya lakukan pemeriksaan kesehatan otak,” ujar Joy.
SUMBER: Bisnis.com
Comments