STARJOGJA.COM, Info – Ritual membuka Cupu Kyai Panjala 2019 telah digelar di rumah juru kunci di Padukuhan Mendak, Desa Girisekar, Kecamatan Panggang pada Senin (21/10/2019) malam hingga Selasa (22/10/2019) dinihari. Warga yang berasal dari dalam hingga luar kota mulai memadati lokasi upacara sejak pukul 19.00 WIB.
Halaman rumah yang telah disediakan panitia penyelenggara upacara tradisi tersebut terisi penuh sejak pukul 23.30 WIB. Sebelum membuka tutup Kyai Panjala, masyarakat disuguhkan dengan makan kembul sebanyak 2 tahap. Tahap pertama setiap orang mendapatkan bagiannya masing-masing yakni satu piring nasih gurih, lauk ayam suwir, dan beberapa potongan sayur seperti toge, pete china, dan lainnya.
Setelah kembul pertama, kegiatan Cupu Panjala dibuka secara resmi oleh panitia keturunan Kyai Panjala. Kegiatan tersebut dihadiri oleh Forkopimkab Kabupaten Wonosari, Kepala Dinas Kebudayaan, Kepala Dinas Pariwisata, Ketua DPRD, Kapolres, Dandim 0730 dan jajaran.
Baca Juga : Jamasan Pusaka Kyai Turunsih
Sebelum tutup Cupu Panjala dibuka, masyarakat yang hadir melakukan ritual tahap terakhir yakni kembul kedua. Tak berbeda sajian yang diberikan tuan rumah di kembul pertama, tetapi kini makanan tersebut harus dimakan sepiring berdua. Makan harus menggunakan tangan dan minimal 3 kali menyantapnya.
Ketua Dewan Kebudayaan, CB Supriyanto nengungkapkan makan pertama merupakan suguhan kepada siapapun yang datang sesuai kemampuan. Kembul kedua yakni langsung dari tuan rumah atau cupu. Biasanya juga merupakan sumbangan dari masyarakat yang permintaannya terkabul dan wajib untuk dimasak dan disajikan kepada masyarakat yang datang.
“Kenapa berbeda, saya melihat supaya kalo ada rezeki ada sesuatu yang membuat kita senang jangan kita nikmati sendiri, supaya lingkungannya diajak makan bersama sehingga tidak ada yang makan sendirian,” kata Supriyanto kepada Harianjogja, Selasa (22/10/2019).
Sisa dari makanan yang disantap, lanjut dia, biasanya dibawa oleh masyarakat. Hal itu merujuk pada adat kepercayaan atau tradisi masyarakat itu sendiri. “Sisanya biasanya dibawah pulang, kalau itu soal kepercayaan masing-masing,” ujarnya.
Ia menjelaskan tradisi tersebut telah dilakukan secara turun-temurun oleh leluhur keturunan dengan berpindah-pindah tempat hingga akhirnya beberapa tahun terakhir di kediaman Dwijo Sumarto, salah satu keturunannya. “Tradisinya biasanya pas malam Selasa kliwon, tapi kalau nggak ada di bulan itu, bisa dipake waktu Jumat kliwon,” paparnya.
Supriyanto mengungkapkan untuk memaknai dari hasil ramalan ke depan, masyarakat dipersilahkan setiap individu untuk memaknainya sendiri. Sebab, tuan rumah tak memberikan pembakuan dari ramalan yang muncul saat kain-kain cupu panjala dibuka dan menyajikan gambar-gambar atau simbol tertentu.
“Jujur saja pada awalnya ini [ritual cupu panjala] merupakan penanda pranata mangsa di pertanian, tetapi setelah berkembang terus sudah merembet ke ekonomi, berkembang ke sosial, ke politik sehingga manusia sering [mengaitkan] ini kok ada benernya, itu terlepas dari siapapun yang menafsirkan,” kata dia.
Noto Wiyono, 64, seorang warga Bantul ini mengungkapkan dirinya baru pertama kali menghadiri ritual yang telah dilaksanakan setiap tahunnya ini. Ia menuturkan kedatangannya ingin mengetahui apa yang tergambar dibalik kain setelah kain yang lama dibuka untuk digantikan yang baru.
“Ingin tahu apa simbol [gambar yang muncul] setelah kain tutup dibuka,” kata Noto
Berbeda dengan, Herno, 41, warga Desa Selang, Kecamatan Wonosari ia mengaku hampir setiap tahun ia mengikuti ritual buka cupu panjala. Ia menjelaskan setelah kain tersebut dibuka akan diketahui apa ramalan yang terjadi kedepan.
Herno mengakui, ramalan yang keluar dari kain-kain cupu panjala kerap kali terjadi. Mulai dari ramalan tanaman yang rusak dan baik, nilai jual sedikit atau banyak, hal itu seringkali terjadi di kehidupan masyarakat saat mengikuti ramalan yang keluar di tahun tersebut.
“Sering terjadi [ramalan cupu panjala] mas, padi biasanya nggak bagus, palawija nggak bagus hasilnya. Tapi kita tetap aja tanam,” ujarnya.
Ia menuturkan ramalan dari kain cupu panjala kerap digunakan para petani sebagai tolak ukur untuk menghindari hal-hal yang kurang baik sehingga bisa menjadi lebih baik. “Percaya nggak percaya tetapi tetap dilakukan [ketika ada ramalan tanaman rusak], setidaknya kita punya gambaran untuk kedepannya,” ujarnya.
Pembukaan kain cupu panjala dimulai sejak pukul 01.00 WIB berakhir pukul 02.00 WIB. Sebanyak 25 Hasil pantauan di lokasi , 23 lembar awal kain mori pembungkus cupu kosong disebutkan tanpa gambar. Berikut hasilnya:
1. Lembaran awal 23 lembar kosong tur resik, garing.
2. Sisi kidul kulon ono gambar wayang togog marep ngidul ngulon
3. Sisih kulon ono gambar kerangka manusia
4. Sisih wetan ono gambar sirah singo
5. Sisih kulon ono gambar babon pitik lan puthuk marepe ngalor
6. Sisih wetan ono bercak darah teles
7. Sisih lor ono gambar wong wadon tangane diangkat ning duwer sirah marepe ngalor ngulon
8. Sisih wetan ono barang warnane koyo enjet utowo gamping
9. Sisih lor wetan ono wong lanang nggo katok cekak macul
10. Sisih kidul ono gambar ombak segoro terus kemule tetep garing
11. Sisih kidul kulon ono gambar keris
12. Sisih lor wetan wong olahraga marepe ngidul ngetan priyantun lanang
13. Sisih wetan ono rambut cendak
14. Sisih lor onoo wit jagung ora ono godonge ning ono wohe
15. Sisih kulon ono gambar wayang kresno
16. Sisih lor rodo ngetan ono gambar wong lanang tiga mlumah tangane ngrancung kiwo tengen buri
17. Sisih kidul wetan ono gambar asu marep ngulon
18. Sisih kulon ono gambar pesawat halikopter
19. Sisih kidul wetan ono gambar sirah papat sing cilik loro sing gede loro
20. Sisih kulon ono gambar komodo
21. Kemule sing cerak kotak 2 lembar, garing, kaku tur resik
22. Cupu semar kinandu doyong ngalor ngulon
23. Semar kinantang jejeg
24. Kenti wiri doyonge ngalor wetan
Comments