STARJOGJA.COM. BANTUL – Acara tradisi Rebo Pungkasan yang digelar di Desa Wonokromo, Pleret, Bantul menjadi simbol tali persaudaraan yang kian dipererat. Setiap rabu di minggu terakhir bulan Sapar warga masyarakat di Desa Wonokromo Kecamatan Pleret mengadakan satu tradisi adat yang disebut dengan Rebo Pungkasan atau Rebo Wekasan. Tahun ini Upacara Adat tradisi Rebo Pungkasan digelar pada hari Selasa (22/10)
Acara yang selalu menyedot ribuan antusias warga dari penjuru DIY ini merupakan salah satu tradisi sebagai wujud syukur kepada Tuham Yang Maha Esa dan mengenang Kiai Faqih Usman atau Kiai Welit seorang tokoh penyebar Islam di Wonokromo. Wujud syukur ini disimbolkan dengan adanya lemper raksasa dan gunungan hasil bumi yang nantinya akan diperebutkan oleh warga.
Upacara Rebo Pungkasan tadi malam dihadiri oleh Bupati Bantul Drs. H. Suharsono, Kepala Dinas Kebudayaan Bantul, Camat Pleret, dan Forkopimcam Pleret. Dalam sambutannya Bupati menyampaikan Upacara Rebo Pungkasan merupakan ekspresi keberagaman budaya dan kearifan lokal yang dimiliki Desa Wonokromo.
“Rebo Pungkasan itu aset wisata yang memiliki keunikan dan jadi daya tarik wisatawan,” kata Kepala Bidang Pengembangan Kapasitas Dinas Pariwisata (Dispar) DIY, Wardoyo, seusai Upacara Adat Rebo Pungkasan di Balai Desa Wonokromo, Selasa (22/10/2019) malam.
Tahun ini, merupakan tahun keenam Dispar DIY ikut membantu mengembangkan tradisi Rebo Pungkasan agar lebih meriah dan dapat mendatangkan banyak pengunjung. Wardoyo mengatakan Rebo Pungksan punya makna khusus bagi warga Wonokromo sehingga tradisi tersebut selalu terselenggara setiap tahunnya.
Warga dinilainya punya keterikatan dalam tradisi bersama sejarah yang dibangun dalam upacara adat itu. Dengan demikian, tradisi tersebut akan bertahan lama sebagai bagian dari kebiasaan masyarakat. “Dalam perspektif pariwisata, ini unik. Maka pengembangan event ini dalam daya tarik wisata menjadi salah satu prioritas,” ujar dia.
Comments