STARJOGJA.COM, JOGJA – Hunian Vertikal Jadi Solusi Mahalnya Harga Tanah. Hunian vertikal di DIY merupakan suatu keniscayaan seiring dengan keterbatasan lahan dan mahalnya harga tanah di wilayah ini.
Harga tanah yang diserahkan kepada mekanisme pasar membuat pengembang kesulitan mendapatkan tanah dengan harga bersaing. Akibatnya, harga rumah di DIY makin melambung.
Ketua DPD Real Estat Indonesia (REI) DIY Rama Adykasa Pradipta mengatakan dengan kondisi itu, pengembang di DIY dituntut harus efektif memanfaatkan lahan tersebut. Tuntutan pertumbuhan hunian vertikal itu mau tidak mau memang akan mengarah ke apartemen, rumah susun dan lain-lain kedepannya.
” Mau tidak mau dengan keterbatasan lahan di DIY, hunian ya harus vertikal. Lahan yang tidak terlalu luas , tapi bisa didirikan beberapa unit hunian,” jelasnya kepada Star Jogja FM, Rabu (13/11).
BACA JUGA : Rumah Vertikal Bakal Booming di Jogja
Menurutnya, saat ini yang dicari adalah hunian yang dekat dengan pusat kota ataupun dekat dengan sarana transportasi publik seperti stasiun, bandara ataupun terminal.
” Permintaan Didominasi oleh mereka yang bergerak untuk kepentingan investasi,” lanjutnya.
REI DIY mengakui kendala pengembangan hunian vertikal adalah mindset masyarakat yang masih mengutamakan rumah tapak. Hanya kalangan milenial yang cepat menerima. Untuk itulah, REI DIY mengambil sejumlah langkah untuk mengedukasi pasar.
” Kita buat vertical housing yang tidak terlalu tinggi. 2-4 lantai dulu.Masyarakat diedukasi, baru dibuat makin tinggi saat mindet mereka makin positif,” tuturnya.
BACA JUGA : Ini 4 Alasan Mengapa Investasi Apartemen Lebih Menguntungkan
Upaya pengenalan hunian bertingkat seperti rumah susun, apartemen dan sebagainya tersebut sebagai salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan papan bagi masyarakat sekaligus menekan angka backlog rumah di DIY yang masih besar 250.000 unit.
Comments