STARJOGJA.COM, Info – Bunuh diri artis K-pop kedua dalam sebulan telah memberikan fokus baru di Korea Selatan pada perundungan di dunia maya atau cyber bullying terhadap bintang-bintang muda, dan bagaimana hal itu sebagian besar dibiarkan tanpa hukuman.
Padahal, polisi menganggap kekerasan dunia maya sebagai kejahatan serius. Pihak berwenang bahkan memiliki program aktif yang mengedukasi publik bagaimana agar tidak korban serangan online atau menjadi pelaku.
Tuduhan terus meningkat dengan hampir 150.000 kasus tahun lalu. Namun kasus-kasus tersebut hanya sebagian kecil dari apa yang terjadi.
“Ini tidak sesederhana kekerasan fisik, karena korban dapat pergi ke dokter, tetapi dengan kekerasan dunia maya, tidak ada obatnya,” kata Jeon Min-su, penyelidik kejahatan cyber dengan Badan Kepolisian Metropolitan Seoul, sebagaimana dilansir Reuters, Kamis (28/11/2019).
Baca Juga : Depresi Picu Tingkat Risiko Bunuh Diri
Sebelumnya, penyanyi K-pop Goo Hara ditemukan tewas di rumahnya dan polisi menemukan catatan tulisan tangan putus asa tentang hidupnya. Dia telah menjadi sasaran perundungan online tentang hubungan pribadinya.
Sebelum itu, Koo pernah berbicara menentang cyber bullying. Dia ditemukan tidak sadarkan diri di rumahnya pada Mei lalu dan dirawat di rumah sakit. Sebulan setelah kejadian itu, dia mengaku menderita depresi dan berjanji untuk melawan komentar jahat online.
Goo berteman dengan bintang K-pop Sulli, yang ditemukan tewas pada Oktober lalu, yang juga blak-blakan menentang cyber bullying.
Dua kasus tersebut menunjukkan bahwa dunia musik pop Korea yang populer di seluruh Asia memiliki sisi yang gelap. Awal tahun ini, beberapa bintang K-pop pria dan salah satu produsen industri terbesar diinterogasi oleh polisi sehubungan dengan perjudian ilegal dan prostitusi.
Kwon Young-chan, pelawak yang berubah menjadi penasihat yang telah menjadi korban kekerasan online, mengatakan para artis memiliki sedikit jalan lain ketika mereka diserang dan hampir tidak mungkin untuk menghindari rumor dan serangan pribadi.
“Ketika para pelaku menulis komentar yang kejam, pertama-tama mereka mulai dengan ‘ketukan ringan’ dan skala intimidasi siber kemudian meningkat menjadi ‘pukulan’,” katanya dalam sebuah wawancara.
Baik Sulli dan Goo telah bersama girl band dan kemudian pecah dengan sendirinya, yang membuat mereka lebih rentan secara psikis.
“Setelah para artis mulai tampil solo, mereka harus berurusan dengan depresi dan serangan terhadap mereka semua sendirian,” lanjutnya.
Anggota parlemen Park Sun-sook, mantan juru bicara kepresidenan yang pertama kali menangani masalah serangan online pada tahun 1998, ingin memungkinkan siapa pun untuk meminta portal web untuk menghapus komentar jahat atau terang-terangan palsu.
“Artis muda terpapar tanpa pertahanan terhadap kekerasan dunia maya. Sudah waktunya bagi hukum dan masyarakat untuk melindungi mereka,” ujarnya.
Comments