STARJOGJA.COM, JOGJA – Masyarakat diminta mewaspadai potensi ledakan kasus DBD di puncak musim hujan. Hingga 23 Desember 2019, angka kasus DBD di Kota Yogyakarta telah mencapai 470 kejadian dengan 1 orang meninggal dunia.
Rubangi, Programer DBD Dinas kesehatan ( Dinkes ) Kota Yogyakarta menjelaskan jika dibandingkan tahun sebelumnya, angka kejadian ini meningkat cukup signifikan. Ledakan kasus DBD bisa muncul di puncak musim hujan.
” Di periode yang sama pada tahun lalu hanya ada 317 kasus DBD di Kota Yogyakarta. Memang kasusnya tiap tahun fluktuatif, tapi angka di Kota itu lebih rendah dibandingkan dengan kabupaten lain,” jelasnya.
Menurutnya, angka kejadian DBD itu banyak muncul di daerah pinggiran yang berbatasan dengan wilayah kabupaten lain. Puncak kejadian DBD biasanya terjadi pada akhir tahun dan awal tahun.
Ia menganjurkan kepada masyarakat untuk selalu menjalankan 3M plus serta mengantisipasi tempat-tempat yang potensial jadi tempat perindukan nyamuk.
“Di sekitar kita banyak sekali tempat-tempat yang mungkin tidak kita sadari dapat menjadi tempat berkembangnya nyamuk,” ungkapnya.
Kewaspadaan tersebut diperlukan karena peningkatan populasi nyamuk biasanya diikuti peningkatan kasus DBD. Epidemiologis WMP Yogyakarta, dr. Citra Indriani, menganjurkan masyarakat untuk segera mengakses fasilitas kesehatan terdekat jika mengalami demam. Ia menjelaskan bahwa Puskesmas di Kota Jogja telah memiliki alat untuk mendeteksi penyakit DBD sejak hari pertama demam.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa pasien demam yang berobat di 18 Puskesmas di Kota Jogja dan Bantul berkesempatan untuk berpartisipasi dalam studi Aplikasi Wolbachia untuk Eliminasi Dengue. Studi ini bertujuan untuk memperoleh bukti yang lebih kuat dampak pelepasan Wolbachia di Kota Jogja. Hasil dari studi inilah yang diharapkan diperoleh pada 2020 untuk membuktikan keefektifan metode Wolbachia
” Kami mengharapkan dukungan dan partisipasinya untuk menyukseskan penelitian ini,” ajaknya.
Comments