STARJOGJA.COM, Info – Euforia tengah menyelimuti masyarakat Indonesia menantikan detik-detik dimulainya gerhana matahari cincin pada hari ini, Kamis (26/12/2019). Fenomena alam gerhana matahari cincin (GMC) yang langka ini diprediksi akan dimulai di langit Indonesia pada sekitar pukul 12.15 WIB dan menyambangi sejumlah wilayah di Tanah Air.
Tak hanya Indonesia, gerhana matahari cincin hari ini juga akan terlihat dari Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab, Oman, India selatan, Sri Lanka utara, Samudra Hindia, Malaysia, Singapura, Filipina dan Guam.
Euforia yang ditimbulkannya memang memancing segala rasa penasaran. Penduduk dunia diketahui telah mengamati, mendokumentasikan, dan menggambarkan gerhana selama ribuan tahun.
Menurut Badan Penerbangan dan Antariksa (NASA) Amerika Serikat, catatan notasi pertama terkait gerhana terjadi sekitar 5.000 tahun yang lalu.
Baca Juga : Bahayakah Melihat Gerhana Matahari Cincin Langsung
NASA melaporkan adanya petroglif (ukiran pada permukaan batu) spiral yang diukir pada tiga monumen batu kuno di Loughcrew, Irlandia. Ukiran ini menggambarkan ketika matahari, bulan dan cakrawala dalam posisi sejajar.
“Kemungkinan peristiwa itu mencerminkan gerhana matahari yang terjadi pada 30 November, 3340 SM,” ungkap NASA, seperti dilansir dari Livescience.
Ahli paleoarkeologi asal Irlandia, Paul Griffin, menduga bahwa petroglif dari zaman Neolitik itu merujuk pada suatu peristiwa gerhana, dan mulai menyelidikinya pada tahun 1999.
Griffin kemudian mengkonfirmasi tanggal terjadinya gerhana itu pada tahun 2002 dengan menggunakan perangkat lunak astronomi Digital Universe untuk menghitung posisi sejajarnya.
“Pada monumen Loughcrew, banyak ukiran menunjukkan lusinan peristiwa astronomi, dengan lingkaran konsentris yang tumpang tindih mewakili gerhana matahari, dan lingkaran konsentris terisolasi yang mengindikasikan gerhana bulan,” papar Griffin.
Catatan fisik lainnya dari fenomena gerhana tampak dalam ukiran pada tanah liat berusia 2.500 tahun dari Babilonia kuno. Menurut NASA, salah satu ukiran itu menggambarkan gerhana matahari total yang terlihat di kota pelabuhan Ugarit, kini Suriah, pada 3 Mei 1375 SM.
Deskripsi tentang gerhana juga muncul dalam catatan-catatan dari Tiongkok kuno, dengan astronom kekaisaran melaporkan gerhana yang terjadi sejak abad ke-8 SM hingga abad ke-15 M, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan pada 2005 di jurnal Archive for History of Exact Sciences.
Ada pula tulisan-tulisan dari Yunani kuno yang menggambarkan gerhana matahari. Penyair lirik Archilochus, yang hidup pada abad ke-7 SM, menggambarkan apa yang mungkin merupakan gerhana matahari total terjadi pada 6 April 647 S.
Archilochus mengilustrasikan peristiwa itu dengan kemampuan luar biasa yang dimiliki Zeus, ayah para dewa, yang menyembunyikan cahaya matahari.
Selama ribuan tahun, deskripsi ukiran pada batu dan tulang, serta interpretasi para seniman tentang gerhana adalah satu-satunya cara untuk merekam peristiwa kosmik yang luar biasa ini.
Untungnya, pada pertengahan abad ke-19, berkat cikal bakal fotografi yang dikenal sebagai daguerreotype, Johann Julius Friedrich Berkowski mampu membuat catatan foto gerhana matahari pertama, pada 28 Juli 1851.
Gambar yang diabadikan Berkowski di Königsberg pada era Kekaisaran Romawi itu menjadi yang pertama secara akurat menunjukkan korona matahari.
Dia menggunakan teleskop pembiasan kecil dengan diameter 2,4 inci (6,1 sentimeter) dan mengekspos lempeng daguerreotype selama 84 detik yang dimulai segera setelah matahari benar-benar tersembunyi, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan pada tahun 2005 dalam jurnal Acta Historica Astronomiae.
Sejak itu, para ahli astrofotografi telah menyetel lensa mereka untuk menangkap citra yang semakin terperinci dari fenomena kosmik ini dan memperlihatkan salah satu karya luar biasa Maha Pencipta kepada dunia.
Sumber : Bisnis
Comments