STARJOGJA.COM, JOGJA – Pemkot Jogja minta masyrakat tak takut ikut KB Pria. Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemerintah Kota Yogyakarta tetap mengalokasikan anggaran untuk pemberian penghargaan berupa uang senilai Rp1 juta bagi setiap peserta KB pria pada 2020, sedangkan targetnya 35 peserta baru.
“Alokasi untuk pemberian apresiasi atau ‘reward’ tetap dipertahankan. Harapannya, kepesertaan program ini bisa semakin meningkat,” kata Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemkot Yogyakarta Emma Rahmi Aryani di Yogyakarta, Kamis.
Dia menjelaskan kepesertaan KB pria di Kota Yogyakarta masih tergolong rendah sehingga perlu dilakukan berbagai upaya untuk mengampanyekan metode KB tersebut sehingga sasaran kepesertaan KB tidak hanya kaum perempuan tetapi juga laki-laki.
BACA JUGA : Ilmuan Kaji Pil KB Yang Hanya perlu Diminum Sebulan Sekali
Pada Tahun Anggaran 2019, realisasi kepesertaan KB pria dari pasangan usia subur di Kota Yogyakarta tercatat 20 peserta baru, sedangkan kepesertaan pada 2018 justru lebih banyak, yaitu 38 peserta.
“Setiap tahun, target kepesertaan memang 35 orang. Program pemberian apresiasi ini sudah kami jalankan sejak 2017 dengan nilai ‘reward’ yang tetap sama,” katanya.
Emma menyebut masih rendahnya kepesertaan ini disebabkan adanya kekhawatiran terkait dengan dampak metode vasektomi yang dijalani.
“Padahal, tidak ada dampak apapun. Kami kira, kendala itu lebih disebabkan faktor psikis saja,” katanya.
Ia menambahkan calon peserta program ini juga harus menjalani pemeriksaan secara ketat sebelum dinyatakan sehat untuk mengikuti program KB.
Selain syarat kesehatan, calon peserta KB pria juga harus memenuhi syarat, di antaranya memiliki minimal dua anak, tidak memiliki balita, dan tidak menderita diabetes militus.
Dikutip dari detik.com, Vasektomi adalah kontrasepsi bedah untuk pria dengan cara memutus saluran spermanya. Lelaki yang melakukan vasektomi secara permanen tidak bisa menghamili perempuan sehingga kerap dicurigai mudah berselingkuh.
Operasi vasektomi menghambat saluran spermatozoa (vas deferens) yang membawa sperma keluar. Operasi ini biasanya dilakukan di klinik atau rumah sakit dengan melibatkan pemotongan dan mengikat mati (cauterizing) saluran sperma.
Namun karena operasi kontrasepsi ini bersifat permanen, maka pria yang ingin melakukannya harus sudah benar-benar yakin tidak ingin memiliki anak lagi dan tidak akan berubah pikiran.
SUMBER : ANTARA
Comments