STARJOGJA.COM, Info – Sejak dikeluarkannya NOTAM pemerintah China dan imbauan Kementerian Perhubungan yang menghentikan sementara penerbangan ke Wuhan China membuat 10.000 wisatawan China dipastikan batal ke Bali.
Ketua ASITA Bali, Ketut Ardhana mengatakan kejadian tersebut merupakan sesuatu yang tidak diharapkan semua pihak. Namun dirinya masih optimis karena hal seperti ini bukan yang pertama, dan sebelumnya pihaknya sudah berpengalaman dengan adanya wabah penyakit-penyakit lain.
“Kami dari asosiasi, anggota kami yang fokus pada wisman Tiongkok ada 80-an agen, dan sekitar 27 agen yang sudah melaporkan bahwa ada 10.000 wisatawan Tiongkok memastikan diri tidak datang ke Bali atau batal. Itu sejak dua hari lalu, dan belum kita update lagi berapa yang batal,” kata Ardhana saat dihubungi Bisnis, Rabu (29/1/2020).
Jumlah calon wisman 10.000 itu lanjut dia merupakan pembatalan dari booking-booking yang akan datang, mungkin pada bulan Februari, atau Maret. Secara spesifik dia utarakan ada 9.486 orang, hanya saja pihaknya memastikan akan ada penambahan pembatalan.
Baca juga: Australia Akan Mengevakuasi Warga Sebab Virus Corona
Dia memprediksi penurunan Wisman negeri Tirai Bambu itu mencapai 100.000-120.000 per bulannya.
“Pada 2018 sekitar 1,3 juta wisman Tiongkok yang ke Bali, 2019 turun 14%. Dengan adanya kasus ini bisa kita prediksi, sebulan penurunannya bisa sampai 100.000 hingga 120.000 kunjungan. Tentu kita mau secepatnya bisa pulih, jangan lama-lama lah,” harapnya.
Dari pendapatan, juga dia pastikan ada penurunan, hanya saja timnya belum menghitung berapa besar. Paket wisata China perorang dengan lima hari empat malam biasanya US$1.200 per kali stay, belum pengeluaran lainnya, tentu pendapatan berkurang.
Dia berharap seluruh pihak serius dan secara pasti memastikan wabah penyakit ini tidak masuk ke Bali. Karena jikalau terjadi apa-apa, bukan hanya Wisman China yang turun drastis tapi Wisman lain pun berdampak.
Pihaknya pada hari ini juga menggelar rapat di kantor gubernur membahas mengenai solusi-solusi alternatif mengganti kunjungan wisatawan Tiongkok.
Alternatif lainnya, ujar Ardhana, ialah rencana akan membuat festival-festival, seperti festival kuliner, buah, agro, itu yang sementara dibicarakan. Planning-nya digelar 2020 ini. Selanjutnya akan ada rapat-rapat dan akan dibahas lagi.
Sementara itu, Prof Dr Boediono yang juga Wakil Presiden ke-11 RI dalam kunjungannya ke Bali pada acara bedah buku terbarunya ‘Ekonomi Indonesia dalam Lintasan Sejarah’ kepada audiens mengatakan Bali bisa mengembangkan sumber ekonomi lain selain pariwisata, mengingat dampak Virus Corona ini.
“Jangan mengandalkan pada satu sumber kegiatan ekonomi. Artinya tetap pariwisata menjadi unggulan tapi barangkali harus dipikirkan sektor lain apabila terjadi fluktuasi pada sektor unggulan, maka sektor apa yang bisa dikembangkan. Saya tidak tahu, mestinya ada,” jawab Boediono kepada salah satu pelaku industri yang melayangkan pertanyaan, Rabu (29/1/2020)
Dia mencontohkan, Arab Saudi, dulu tidak merasakan masalah, tapi sekarang, karena hanya tergantung pada minyak mereka mencari sumber-sumber lain. Macam-macam yang dilakukan termasuk mengikuti Bali membuka pariwisata, bukan untuk Haji dan Umrah tapi pariwisata umum dibuka, konsekuensinya dia harus menata lagi.
Jadi jawaban baiknya kata dia ialah mencari andalan kedua yang bisa mengurangi dampak ekstrem dari adanya fluktuasi.
Sumber : Bisnis
Comments