STARJOGJA.COM, Info – Istilah Mecin atau monosodium glutamate (MSG) dikaitkan dengan konotasi negatif yang ditujukan kepada generasi mecin. Bahkan lebih ekstrem lagi, istilah ini dipakai untuk penyebutan orang yang bodoh. Namun fakta karena mecin atau penyedap rasa membuat anak atau orang jadi bodoh?
Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia (PDGKI) dr. Nurpudji A. Taslim membantahnya. Menurut dia, anak yang bodoh lebih dipengaruhi pada kondisi ketika dia lahir dan dalam masa pertumbuhan.
Anak-anak yang lahir dengan berat badan kurang serta kekurangan gizi, pertumbuhan otaknya akan terganggu. Oleh karena itu ketika bayi baru lahir dengan kondisi sehat, maka sang ibu harus mencukupi gizi dan menaikkan berat badannya.
Baca Juga : Rekomendasi Kuliner Bantul yang Wajib Dinikmati
“[Kebodohan] Bukan dari MSG. Ini yang harus diluruskan. Jadi ibu rumah harus memberikan makanan dengan benar, makanan sehat, perbaiki anak lahir dengan berat badan yang cukup,” ujarnya saat ditemui dalam Konferensi Pers Penggunaan Bumbu Penyedap Rasa Tidak Membahayakan di bilangan Gunawarman, Jakarta, Rabu (5/1/2020).
Dokter dan Ahli Nutrisi, Maya Surjadjaja menambahkan MSG sesuai namanya, terdiri dari glutamat yang fungsinya sebagai penghubung otak ke seluruh jaringan syaraf dan pengendali fungsi tubuh.
“Glutamat ada di alam. Glutamat ada di air susu ibu. Glutamat asam amino, anak-anaknya protein,” sebutnya.
Oleh karena itu, anak yang dalam pertumbuhannya menjadi bodoh bukan karena MSG. Bisa saja kebodohan itu dipengaruhi oleh faktor lain.
“MSG tidak berbahaya. Namun mesti cek anak jajan apa, bukan hanya MSG saja. Jajanan lain kandungannya dilihat. Selama ini MSG sudah jadi kambing hitam,” tukasnya.
Pada 1995, Federation of American Societies for Experimental Biology (FASEB) dalam laporannya kepada Food and Drug Administration (FDA) telah menginformasikan bahwa tidak ditemukan perbedaan antara zat glutamat yang terkandung dalam jamur, keju dan tomat dengan zat glutamat yang ditemukan dalam produk-produk olahan seperti dalam MSG, hydrolzed proteins dan saos kedelai.
Dalam laporan itu juga disebutkan bahwa MSG aman untuk dikonsumsi. Dengan demikian, MSG dinyatakan sebagai bagian dari bahan makanan biasa seperti halnya garam, baking powder dan lada sejak tahun 1995.
Di Indonesia sendiri, pengaturan penggunaan MSG dilakukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia yang diatur dalam peraturan Kepala BPOM RI NO. 23/2013.
Sumber : JIBI
Comments