STARJOGJA.COM, Info – Masyarakat Indonesia sering mengkonsumsi teh sebagai minuman favorit. Namun, siapa sangka masyarakat menikmati teh berkualitas rendah sedangkan teh premium lebih banyak diekspor ke luar negeri.
Padahal sebagai salah satu negara penghasil teh terbesar di dunia, sudah sewajarnya bila masyarakat Indonesia ikut mencicipi nikmat dan khasiat dari teh premium berkualitas tinggi tersebut.
Berangkat dari kondisi tersebut Redha Taufik Ardias bersama sang ibu Iriana Ekasari yang sebelumnya memiliki latar belakang bergelut di industri teh, mulai memproduksi teh premium yang menggunakan teh alami Indonesia berkualitas premium (grade export) di bawah bendera usaha PT Sila Agri Inovasi pada 2018.
“Tujuan kami membangun brand Sila Tea ini untuk meningkatkan image teh Indonesia agar masyarakat lebih mengapresiasi dan mencintai teh berkualitas dari dalam negeri sendiri,” ujarnya kepada Bisnis.
Teh premium yang dihasilkan Sila berasal dari daun teh pucuk paling muda, yang di dalam industri dikenal dengan sebutan pekoe. Terdapat tiga kualitas teh yang diproduksi yaitu specialty tea, premium tea dan standard-low tea.
Sederhananya, dihitung dari atas, daun 1, 2 dan 3 adalah syarat untuk sampai pada kualitas specialty tea, dipetik tangan dan dipilih dengan teliti. Jika petikan menyertakan daun 4, dan maksimal 5, digolongkan sebagai premium tea, lalu daun di bawahnya adalah standard-low tea.
Baca juga: Korelasi Depresi Umum dan Minum Teh
“Kalau untuk yang diindustri biasanya disebut sebagai whole-leaf grade, dan pemetikan umumnya menggunakan gunting atau mesin sehingga tidak teridentifikasi lagi grade daun-nya,” jelas Redha.
Sila Tea saat ini tidak hanya menyajikan teh dengan kualitas specialty tea dalam versi original, tapi juga ditambahkan dengan bahan herbal dan rempah khas Indonesia, Artisan Tea.
Adapun bahan bakunya didapatkan dari berbagai daerah di Indonesia, 75% berasal dari Jawa Barat, selebihnya dari Sumatera, Jawa Tengah dan Jawa Timur, baik dari petani rakyat, petani swasta, maupun perkebunan pemerintah.
Terdapat puluhan ragam teh di Sila yang digolongkan dalam 5 tipe yaitu White Tea, Green Tea, Yellow Tea, Red Tea dan Black Tea. Untuk Tisane (dried herbal and spices) Sila memprosesnya sendiri dengan metode khusus dan terstandar.
“Saat ini Sila memiliki puluhan jenis tisane, diantaranya melati, jahe, sereh, lemon, jeruk, mint, kayu manis, dan jenis rempah lainnya. Untuk variannya Sila sudah memiliki 40an varian namun baru memasarkan 20 varian yang dikemas dalam beragam kemasan,” tuturnya.
Untuk menjawab tantangan agar teh premium Indonesia dapat berjaya di negeri sendiri, Sila memasarkan produk ke sejumlah hotel, event, belasan café dan Sila Tea Headquarter di Bogor. Selain itu, Sila juga memiliki sejumlah reseller offline dan online yang siap memasarkan dan memperkenalkan teh premium kepada masyarakat.
“Fokus utama kami ingin memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat Indonesia untuk mencoba dan menikmati teh kualitas terbaik dari negeri sendiri. Sila juga dapat menjadi oleh-oleh wisatawan mancanegara dan beberapa kali menjadi souvenir wedding hingga institusi dan pemerintah yang memiliki klien dari luar negeri,” terangnya.
Sila Tea dipasarkan mulai dari Rp20.000 hingga Rp200.000 per kemasan, dengan rata-rata harga Rp90.000 per kemasan untuk 50 cup. Adapun produk paling best seller adalah Glorious White Tea, Black Booster, dan Lemongrass Green Tea. Penjualan di café partner, dibanderol sekitar Rp28.000 hingga Rp45.000 per teapot, untuk satu teapot bisa di isi ulang hingga dua kali.
“Setelah hampir dua tahun berjalan, omzet penjualan produk teh Sila rata-rata di atas Rp75 juta per bulan, sedangkan untuk Bar yang dikelola oleh Sila sendiri, omzet dari minuman dan produk bisa mencapai Rp25 juta,” ujarnya.
Comments