STARJOGJA.COM. JOGJA – Mengetahui situasi anak buah menjadi kunci sukses menjadi seorang pemimpin ala Agus Rohyadi, Direktur Pemasaran Badan Otorita Borobudur (BOB) . Saat mengetahui kondisi anak buah maka seorang pemimpin bisa menjalankan semua program yang direncanakan.
“Boleh lari kenceng tapi anak buahnya tidak mampu maka tidak bisa jalan. Kita ketahui situasi anak buah kita kalo mengetahui baru melakukan tahapan apa saja. Gambarannya itu, kesiapan anak buah kuncinya,” katanya saat berbincang dengan Anton Wahyu di acara The Captain Star Jogja 101,3 FM Senin (24/2/2020).
Agus mengatakan kunci sukses lainnya yang juga penting adalah KKN yaitu Komunikasi, Konektivitas dan Networking. KKN itu menjadi penting dan wajib menjadi kunci seorang pemimpin.
“Era disruptif seperti sekarang ini maka kecepatannya sangat tinggi. Menjalin kerjasama. KKN ini beda sama yang dulu,” katanya.
Agus mengatakan ia pernah membawahi 2000 karyawan. Ia mampu membedakan jenis karyawan yang menjadi anak buahnya. Sebab, ada anak buah yang bekerja hanya sesuai dengan kontrak yang ada namun ada yang melebihi dari itu.
“Biasanya karyawan yang biasa biasa saja hanya memenuhi kontrak itu. Karyawan yang baik selain melewatkan masa itu juga mengerjakan sesuai pekerjaan. Ada yang tinggi lagi karyawan yang sudah mampu jemput bola. Bisa antisipasi kebutuhan organisasi,” katanya.
Ia mengaku saat memimpin 2000 orang memang tidak gampang. Namun, ada tolak ukur yang pasti bahwa pemimpin itu mampu mengelola ribuan orang.
“Turn over waktu saya memimpin sebanyak 2000 yang keluar 0,00 persen. Artinya kecil sekali. Kita ingin memanusiakan karyawan manusia di sekitar kita,” katanya.
Agus mengatakan poin lainnya adalah memberi keterlibatan mereka dalam program. Hal ini agar karyawan itu dapat terlibat dalam perusahaan.
“Ketika terlibat maka dia tidak berpikir macem-macem. Kalo tidak dilibatkan maka ada rasa curiga itu diorganisasi tidak bagus,” katanya.
Kondisi ini kemudian menumbuhkan rasa memiliki perusahaan yang tinggi. Sebab, seorang pemimpin harus dapat membuat budaya tersebut.
“Misal kita nyewa mobil kita males mencuci beda kalo kita punya mobol itu. Sense of belonging itu tidak terkait gaji saja, bagaimana atasan dan sesama karyawan harus di create budaya itu kita ciptakan,” katanya.
Comments