STARJOGJA.COM, KULONPROGO – Bandara baru Yogyakarta International Airport (YIA) direncanakan akan beroperasi penuh pada 29 Maret. Menyongsong beroperasinya Bandara YIA tersebut, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bersama PT Angkasa Pura mengadakan acara Table Top Exercise (TTX) dengan tema Membangun Kesiapsiagaan Infrastruktur Kritis Bandara Internasional Yogyakarta Menghadapi Potensi Gempa Bumi dan Tsunami.
Acara berlangsung di ruang pertemuan PT PP Temon Kulonprogo pada Jum’at 13 Maret 2019. Acara dihadiri dari unsur BPBD, Basarnas, Kepolisian, TNI, dan Satuan radar AU Congot.
Dalam acara tersebut dilakukan simulasi kejadian gempa yang terjadi di laut Jawa bagian selatan dan berdampak terhadap bandara Kulonprogo. BMKG sebagai pusat sumber data
menginformasikan kepada pihak-pihak terkait seperti BPBD, Basarnas, Angkasa Pura dan masyarakat bahwa telah terjadi gempa bumi dan berpotensi tsunami, melalui SMS, Email, dan Aplikasi mobile App.
Baca juga : Indonesia Rawan Gempa Bumi dan Tsunami, Lalu?
Pihak angkasa pura sebagai salah satu yang terdampak adanya gempa bumi memberikan respon dan melakukan tindakan sesuai dengan SOP yang sudah ditentukan untuk menangani masyarakat yang sedang di sekitar bandara.
Sementara BPBD, Basarnas, kepolisian, dan TNI, serta Relawan yang juga mendapatkan informasi dari BMKG juga melakukan tindakan dengan membagikan informasi bersumber dari BMKG kepada semua lapisan masyarakat, melalui semua saluran informasi, seperti website, dan juga radio komunikasi.
Dwi Korita Karnawati kepala BMKG yang juga hadir dalam acara tersebut mengatakan semua masyarakat yang ada di bandara bisa mengakses semua informasi berkaitan dengan cuaca dan kegempaan melalui aplikasi WRS-BMKG.
“Para pengunjungpun kalau masih punya mobile apps dia bisa memantau melalui mobile apps mereka,” katanya.
Sementara pihak pengelola Angkasa Pura selaku pemilik kebijakan atau pengelola bandara bisa mendapatkan informasi cuaca maupun kegempaan dengan akses lebig cepat untuk menentukan kebijakan.
“WRS yang ada di crisis center itu nanti akan lebih cepat memberi informasi,” tambahnya.
Diharapkan setelah adanya TTX ini ada diskusi lebih lanjut untuk membuat SOP yang lebih detail agar tidak membingungkan masyarakat. Dwi Korita khawatir kalau ada kesalahan kalimat sedikitpun nanti akan berdampak banyak saat terjadi bencana.
Comments