STARJOGJA.COM, Info – Kekhawatiran mengenai adanya gelombang kedua pandemi Corona Covid-19 mulai mengemuka, setelah pemerintah China memberlakukan karantina wilayah atau lockdown di Jia, Provinsi Henan.
Dilansir dari Bloomberg, Kamis (2/4/2020), pemberlakuan lockdown dipicu oleh ditemukannya seorang wanita yang terjangkit Covid-19 pada 28 Maret setelah mengunjungi seorang dokter.
Ternyata, dokter dengan nama keluarga Liu kembali dari Wuhan pada Januari lalu dan melanjutkan tugasnya di rumah sakit itu setelah menjalani isolasi mandiri selama 2 minggu. Tak dibutuhkan waktu lama ketika akhirnya terkuak bahwa dua dokter lainnya di rumah sakit itu juga dikonfirmasi positif virus corona.
Baca Juga : Vietnam Lockdown Nasional Selama 15 Hari ke Depan
Ketiga dokter tersebut langsung dikarantina, tetapi kasusnya tidak diungkap ke publik karena ketiganya tidak menunjukkan gejala penyakit apapun.
Menanggapi kasus penularan Covid-19 di China, para peneliti menyatakan bahwa kasus tersebut menunjukkan para pembawa virus ini memainkan peran penting dalam menularkan virus Corona kepada orang lain. Apalagi, tidak ada cara untuk melihat infeksinya ketika orang itu tidak menunjukkan gejala penyakit sama sekali.
Negara-negara lainnya misalnya Korea Selatan dan Jepang selalu mengikutsertakan pasien yang tidak menunjukkan gejala apapun ke dalam perhitungan mereka, sedangkan China baru bergerak ketika orang-orang tersebut menunjukkan gejala penyakit.
Komisi Kesehatan nasional China menyatakan jumlah kasus yang tidak menunjukkan gejala penyakit mencapai 1.367 yang semuanya sudah dikarantina per 31 Maret 2020.
Sementara itu, Profesor Emeritus Penyakit Menular Curtin University in Perth, Australia, John Mackenzie mengungkapkan sangat dimungkinkan orang tidak menunjukkan gejala apapun pada awal-awal infeksi. Pada periode ini, mereka berpeluang menularkan virus tersebut ke orang lain.
Bahkan pada masa-masa ini, Centers for Disease Control and Prevention menyatakan sangat memungkinkan orang yang sudah memiliki virus itu menunjukkan hasil negatif ketika dites.
Sementara itu, data Worlodmeter.info hingga Rabu (2/4/2020), menunjukkan bahwa jumlah kasus positif Corona di Negeri Panda itu mencapai 81.589 kasus. Jumlah kasus positif di China bertambah 35 kasus jika dibandingkan hari sebelumnya. Kemudian, kasus kematian di China mencapai 3.318 kasus, dan kasus sembuh mencapai 76.408 kasus.
Dengan total jumlah kasus tersebut, maka saat ini China menempati posisi ke-4. Adapun, negara dengan kasus terbanyak adalah Amerika Serikat dengan total kasus positif mencapai 215.334 dan kasus kematian mencapai 5.112 kasus.
Di posisi kedua ditempati oleh Italia dengan kasus positif sebanyak 110.574. Saat ini, Italia tercatat sebagai negara dengan jumlah kasus kematian tertinggi yaitu mencapai 13.155 kasus.
Kasus dari Luar
Selain harus berjibaku dengan infeksi di dalam negeri, China juga harus bergerak cepat untuk meredam angka infeksi virus corona yang berasal dari luar negeri. Pasalnya, data Komisi Kesehatan Nasional menunjukkan jumlah infeksi dari luar negeri yang didapat dari warga negara China yang bepergian ke luar luar negeri lebih banyak dibandingkan infeksi lokal.
“Ini [wabah] akan terus berlanjut. Virus itu ada dimana mana. Kami memperkirakan virus ini akan kembali ke seluruh dunia,” kata Direktur Center for Infectious Disease Research and Policy di University of Minnesota, Rabu (18/3/2020).
Bergesernya pandemi virus corona ke Eropa, Afrika, dan Amerika, sejumlah warga negara Asia yang bekerja hingga bersekolah di kawasan-kawasan tersebut mulai membanjiri negara asalnya. Di Singapura, warga negaranya yang baru kembali dari luar negeri harus berbagi data lokasi mereka kepada pemerintah untuk memastikan bahwa karantina dijalankan secara benar.
Di Taiwan, seorang laki-laki yang datang dari Asia Tenggara didenda $33.000 karena melarikan diri ke diskotek. Padahal seharusnya ia melakukan karantina di rumah selama 14 hari karena baru melakukan perjalanan ke kawasan zona merah.
Tak jauh berbeda, seorang anak perempuan di Hong Kong yang mengenakan gelang pengawasan untuk karantina di rumah justru keluar dan makan di restoran.
Untuk mengantisipasi kenaikan angka infeksi dari luar negeri, beberapa negara misalnya China, Hong Kong, Singapura, dan Taiwan melarang warga negara asing masuk ke negaranya. Jepang melarang pendatang dari Eropa dan memberlakukan kebijakan lebih ketat yang melarang turis dari 49 negara termasuk Amerika Serikat.
Sedikit berbeda, Korea Selatan tidak melarang kedatangan warga negara asing. Tetapi turis dari luar negeri yang datang harus menjalankan karantina di fasilitas pemerintah selama 14 hari sejak kedatangan.
“Negara-negara mengalami kesulitan untuk mengimpelementasikan solusi kebijakan domestiknya, bahkan kebijakan itu tidak efektif dalam mengatasi krisis kesehatan multinasional ini,” jelas Kristi Govella, asisten professor Studi Asia, University of Hawaii, Manoa, dikutip dari New York Times, Selasa (31/3/2020).
Pelan tapi pasti, negara-negara di Asia mulai melaporkan kasus baru, bahkan dideteksi ketika mereka melewati pemeriksaan kesehatan di bandara. Hong Kong misalnya, ketika dilaporkan jumlah kasus baru mulai melandai ke satu digit tiba-tiba terjadi kenaikan hingga 65 kasus baru selama satu hari.
Sumber : Bisnis
Comments