STARJOGJA.COM, Info – Kota Surabaya menjadi perhatian terkait dengan sebaran kasus Covid-19 di Jawa Timur karena warnanya tidak lagi merah namun menjadi hitam.
Dipantau pada akun Twitter @Jatim_Pemprov, Rabu (3/6/2020), Kota Surabaya masuk zona hitam karena memiliki kasus tertinggi di Jawa Timur.
Dikutip dari laman infocovid19.jatimprov.go.id, kasus Covid-19 di Provinsi Jawa Timur tersebar di 12 kota dan kabupaten. Pada Selasa (2/6/2020), jumlah kasus positif Covid-19 di Surabaya 2.748 orang.
Adapun jumlah orang dalam pemantauan (ODP) 3.771 orang, pasien dalam pengawasan (PDP) 3.083 orang, jumlah orang tanpa gejala (OTG) 3.334 orang, dan jumlah orang dengan risiko (ODR) 5.414 orang.
Baca Juga : Virus Corona di Surabaya Berbeda dengan Daerah Lain
Di bawah Kota Surabaya adalah Kabupaten Sidoarjo dengan jumlah kasus positif Covid-19 sebanyak 683 orang, PDP 450 orang, ODP 1.072 orang, OTG 1.153 orang, ODR 635 orang.
Kemudian, Kabupaten Gresik memiliki 183 kasus Covid-19, ODR 1.132 orang, OTG 270 orang, ODP 1.191 orang dan PDP 254 orang.
Secara keseluruhan ada 5.132 kasus positif Covid-19 di Jawa Timur, ODP 24.923 orang, PDP 6.754 orang. Dari 5.132 orang positif Covid-19, sebanyak 799 orang sembuh, 3.898 orang dirawat dengan perincian 1.630 orang dirawat di rumah, 330 orang dirawat di gedung, dan 1.878 orang dirawat di rumah sakit.
Perubahan warna Kota Surabaya dari merah menjadi hitam itu menjadi bahan perbincangan warganet.
Pemprov Jawa Timur
✔
@JatimPemprov
· 16h
Sobat Jatim, berikut ini peta sebaran COVID-19 di Jawa Timur s.d. hari ini Selasa 2 Juni 2020. #dirumahsaja #WaspadaCOVID19 @KhofifahIP @EmilDardak @jatimcettar_ @dinkesjatim @KemenkesRI
Sebelumnya, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini melakukan berbagai upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19, salah satunya dengan menekankan tracing (pelacakan) dan pemetaan suatu wilayah secara masif.
Tri Rismaharini, di Surabaya, Rabu (3/6/2020), mengatakan ketika pihaknya pertama kali menerima data seseorang dinyatakan positif Covid-19, maka yang dilakukan adalah melakukan tracing.
“Jadi kami punya beberapa klaster yang ada di Surabaya. Kita tracing, siapa dia, ketemu di mana, kemudian siapa saja di situ,” kata Risma.
Dari hasil tracing itu, lanjut dia, kemudian ditemukan orang dengan risiko (ODR). Dari dasar data tersebut, Pemkot Surabaya mendetailkan siapa saja atau keluarga yang ada di situ.
Ia mencontohkan dalam satu perusahaan setelah dilakukan tes ditemukan 1 orang positif, maka satu orang itu langsung dilakukan tracing untuk seluruh keluarganya.
“Dan orang itu kita masukkan sebagai ODR,” katanya.
Setelah itu, kata dia, dokter mendatangi rumahnya dan melakukan pemeriksaan. Jika kondisinya berat, maka dimasukkan ke rumah sakit.
Namun, jika kondisinya tidak berat orang tersebut dibawa ke Hotel Asrama Haji untuk isolasi. Namun demikian, ia mengaku ada beberapa yang tidak mau karena mereka menyatakan tidak positif dan ingin melakukan isolasi mandiri di rumah.
Sumber : Bisnis
Comments