STARJOGJA.COM, Info – Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEIKI) mendata industri kecil dan menengah (IKM) kopi olahan anjlok ke kisaran 10-20 persen. Sementara itu, industri kopi olahan berskala besar hanya mampu menjaga utilitas di kisaran 30-35 persen.
“Mereka [pabrikan] mengurangi jam kerja menyesuaikan dengan aturan [pembatasan sosial berskala besar]/PSBB] yang berlaku. Kalau permintaan pasti ada pengaruhnya, cuma seberapa besar kami belum tahu,” kata Ketua Bidang Kopi Speciality dan Industri Moelyono Soesilo kepada Bisnis, Rabu (3/6/2020).
Baca Juga : Industri Kopi Olahan Diminta Tingkatkan Pemasaran Online
Moelyono melanjutkan krisis yang disebabkan pandemi Covid-19 mempengaruhi kinerja ekspor kopi olahan nasional. Pasalnya, negara tujuan ekspor saat ini juga melakukan protokol penguncian.
Dia mencatat selama 20 tahun terakhir permintaan kopi olahan lokal di pasar global tetap tumbuh walaupun ada dua di negara tujuan ekspor krisis pada 2012 dan 2018. “[Krisis kali ini] permintaanya tidak menurun saja sudah bagus.”
Adapun, pandemi Covid-19 menghapus target pertumbuhan produksi kopi olahan pada tahun ini menjadi 0 persen. Sebelumnya, Moelyono menyatakan produksi kopi olahan pada tahun ini tumbuh di kisaran 4,5-9 persen dari realisasi tahun lalu.
Moelyono mencatat produksi kopi olahan pada tahun lalu mencapai 660.000 ton. Dengan kata lain, pihaknya sebelumnya menargetkan produksi kopi olahan menjadi 11,5 juta karung—12 juta karung atau setara 690.000 ton hingga 720.000 ton.
Moelyono mendata lebih dari 50 persen produksi bijih kopi mentah telah melalui proses hilirisasi. Hampir 60 persen kopi asalan dari petani telah melalui proses pengeringan (roasting), sedangkan selebihnya diserap dalam bentuk komoditas. Jika dirinci lebih jauh, industri kopi lokal memiliki kapasitas roasting sekitar 690.000—700.000 tin per tahun, sedangkan penggilingan (grinding) sekitar 390.000—400.000 ton.
Di sisi lain, produksi bubuk kopi ritel mendominasi hasil gilingan bijih kopi yakni 70 persen untuk produksi kopi bubuk dengan ampas dan 20persen untuk kopi bubuk tanpa ampas. Adapun, 10 persen dari hasil gilingan kopi dialokasikan untuk produksi minuman rasa kopi, permen rasa kopi, dan produk makanan dan minuman lainnya yang berbahan kopi.
Pada awal 2020, Moelyono memproyeksikan utilitas grinding pada tahun ini berada di sekitar level 86,33 persen atau sekitar 600.000 ton. Sementara itu, utilitas grinding diprediksi stabil di posisi 95 persen pada tahun ini dengan konsumsi bubuk kopi nasional di sekitar 320.000 ton.
“Produksi kopi kita sebesar 639.000 ton pada 2017 atau 8 persen dari produksi kopi dunia dengan komposisi 72,84 persen merupakan kopi jenis robusta dan 27,16 persen kopi jenis arabika,” kata Moelyono.
Sumber : Bisnis
Comments