STARJOGJA.COM, Info – Pakar Pendidikan, Indra Charismiadji menjelaskan banyak evaluasi penting dari praktek proses belajar dari rumah yang hampir dua bulan berlangsung. Dia menegaskan, tenaga pendidik seharusnya jangan terlampau fokus pada penyampaian materi.
Indra menyebut, hal ini justru bisa memicu peserta didik tak cukup menyerap cara belajar baru ini.
Dia pun mengkritik, masih banyak keluhan dari orang tua bahwa peserta didik menerima beban tugas yang banyak.
Dia menyebut banyak tugas dari guru tidak tepat sasaran dalam merespon tantangan belajar dari rumah, karena pemberian tugas tanpa tujuan yang jelas menjadi sia-sia.
Baca Juga : Kemendikbud Terbitkan Pedoman Belajar dari Rumah
“Kadang guru-guru masih bingung mau buat apa. Ini harus diakui kualitas guru-guru kita rendah, dan membuat mutu pendidikan kita menjadi salah satu yang terburuk di dunia,” ungkap Indra kepada Bisnis sata dihubungi beberapa waktu yang lalu.
Dia mengutip dari data Centre for Economics Education Inggris (2018) yang sudah menyebutkan, bahwa anak Indonesia baru siap menghadapi tantangan abad-21, nanti, pada abad ke-31.
Artinya, anak Indonesia masih jauh dari tuntutan zaman sehingga segenap pemangku kepentingan harus marathon merespon perubahan dan pola hidup normal baru ini.
“Kita terlalu lambat, dan mungkin selama pandemi ini langkah strategis dari pemerintah masih jauh dari optimal. Sarana belajar TVRI dan RRI berjalan setelah 1 bulan pandemi, ini bentuk ketidaksiapan,” sambungnya.
Indra juga menyayangkan tidak ada panduan membimbing anak selama belajar dari rumah yang dikeluarkan khusus dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Indonesia. Begitupun bagi tenaga pendidik yang tak mendapatkan akses bimbingan sehingga menimbulkan kebingungan dalam proses implementasi.
Untuk mengatasi kerumitan itu Indra menyatakan ada empat tahap yang harus dilakukan dalam proses belajar dari rumah.
Pertama, belajar untuk mengetahui bagaimana caranya jika anak-anak ingin mengetahui tentang sesuatu. Misal lewat internet, buku, pakar, interview.
Kedua, belajar melakukan sesuatu dengan medium yang sama, termasuk dari orang tua.
Ketiga, belajar untuk menjadi sesuatu melalui sejarah yang juga bisa diakses dari dokumen di internet.
Keempat, belajar untuk hidup bersama bisa melalui sosial media juga. Tujuannya, agar peserta didik memiliki kepedulian pada kondisi yang sedang terjadi.
“Dengan bersama-sama, belajar yang sama, materi yang sama. Namun semua harus on demand, tergantung mereka sendiri, minat mereka, jadi anak menjadi subyek,” kata Indra.
Sumber : Bisnis
Comments