STARJOGJA.COM, Info – Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki industri pariwisata yang bagus. Namun, sejak pandemi Covid-19 industri wisata di DIY terkena imbasnya terutama desa wisata.
Salah satunya dari Desa Wisata Puri Mataram, Drono, Tridadi, Sleman mengalami kerugian miliaran lebih. Desa wisata yang dikelola BUMDes Tridari Makmur itu merumahkan 80% karayawannya dan merugi hingga sekitar Rp2 miliar.
“Waktu libur lebaran 2019, kami bisa mencapai Rp1 miliar tapi libur lebaran kemarin hanya dapat Rp13 juta,” kata Agus Choliq Ketua BUMDes Tridadi Makmur, Sabtu (11/7/2020).
Setelah ditutup hingga berbulan-bulan akhirnya Desa Wisata Puri Mataram kembali beroperasi penuh mulai Sabtu (11/7/2020) kemarin. Bahkan desa wisata ini dibuka kembali oleh Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Abdul Halim Iskanda, dengan penerapan protokol kesehatan.
Choliq mengaku saat datangnya pandemi Covid-19 berbagai cara dialkukan untuk dapat bertahan dari dampaknya. Seperti dengan tetap membuka kafe untuk menutup biaya operasional.
Saat pembukaan desa wisata ini, menurutnya sesuai dengan protokol kesehatan. Memeriksa setiap tamu atau wisatawan yang datang dengan thermogun dan memastikan dengan wajib memakai masker.
“Menyediakan westafel di beberapa titik untuk fasilitas cuci tangan para pengunjung,” katanya.
Pihaknya membatasi jumlah pengunjung sehingga dapat menerapkan physical distancing. Sebelum wabah destinasi wisata ini dikunjungi sekitar 2.500 orang, maka saat ini hanya menerima sekitar 1.000 orang.
“Luas Puri Mataram 4,5 hektare. Sangat luas untuk pengunjung menjaga jarak,” katanya.
Menurutnya di tempatnya ada satu wahana yang baru dan langka ditemukan yaitu memadukan bunga dengan sampah yaitu wahana Taman Bunga Sampah. Bunga-bunga ditaman ini memadukan tanaman bunga Amarilis dengan botol bekas air mineral.
“Saya kira di Indonesia belum ada konsep ini. Kafe kami juga kami sediakan fasilitas untuk bakar-bakar bagi pengunjung,” katanya.
Sekretaris Desa Tridadi Johan Enry juga berharap yang sama dengan dibuka kembali desa wisata ini. Sehingga perekonomian dapat berjalan lancar lagi sehingga menurunkan beban pemerintah desa.
Sebab, keberadaan dari desa wisata ini dengan BUMDes sangat membantu pendapatan bagi Desa. Sejak beroperasi pada 2018 lalu, rata-rata perbulan omzetnya Rp500 juta dan terus naik pada 2019 lalu naik Rp 4,5 miliar.
“Naiknya hampir dua kali lipat terus kenaikannya. Kontribusi untuk desa sangat besar, selain PAD juga ikut mengentaskan pengangguran,” kata Johan.
Comments