STARJOGJA.COM, Info – Kopi dan bisnis kopi ikutannya juga terdampak pandemi Covid-19. Budayawan Lampung Anshori Djausal mengatakan kopi telah menjelma menjadi gaya hidup, lambang kemapanan, absurditas kaum kreatif, bahkan suatu tingkat kemewahan.
Menurutnya, kopi telah menjelma menjadi produk kebudayaan. Awalnya budi daya kopi menganut sistem kearifan lokal atau Shade Cultivation.
Sistem budi daya tersebut yaitu kopi ditanam di bawah lindungan/naungan pohon yang memberikan habitat alami untuk berbagai satwa dan serangga, serta membangun keanekaragaman hayati hutan. Pupuk dihasilkan dari kompos kulit kopi, sehingga tidak perlu lagi menggunakan pupuk kimia dan pestisida.
Dalam perkembangannya, pada kurun waktu 1970 dan 1980, selama revolusi hijau, sistem bertanam kopi yang harus membabat hutan dan terkesan merusak keanekaragaman hayati (Sun Cultivation).
Budi daya kopi dengan sistem Sun Cultivation, yaitu konsep menebang semua pohon, menggunakan pupuk dan pestisida. Akhirnya, sering kita dengar ada yang disebut perkebunan kopi.
Baca Juga :Selama Pandemi, Permintaan Kopi Suroloyo Anjlok
Selain sistem budi daya yang berkembang, ternyata budi daya kopi masih menyisahkan masalah. Tidak semua petani kopi sejahtera.
Ya, petani dihadapkan harga komoditas yang naik-turun. “Sudah saatnya membangun kesadaran bahwa harga kopi harus cukup mahal sebagai ‘harga yang adil’, supaya petani kopi masih mau bertanam kopi,” ujarnya.
Saat ini, selain dihadapkan persoalan-persoalan klasik—tantangan pemasaran, harga komoditas hingga daya saing produk—pengembangan bisnis kopi dihadapkan masalah baru. Ya, pandemi virus corona atau (Covid-19).
Virus corona juga menyapu kenormalan bisnis budi daya kopi.
Petani kopi robusta di Kabupaten Tanggamus, Lampung, mengeluhkan harga kopi yang cenderung turun. Setidaknya, harga komoditas saat ini di bawah harga rata-rata kopi biasanya.
Pendapatan petani pun semakin tergerus. Mereka berharap hasil panennya tetap berlimpah saat virus corona mengintai. Pertengahan tahun, para petani kopi robusta maupun sebagian kecil pembudidaya kopi arabika di Lampung saat ini sedang memasuki panen raya.
Pekebun kopi yang juga pengurus Gabungan Kelompok Tani Hutan (Gapoktanhut) Mitra Jaya Rindingan, Syarif Hidayat mengamini bahwa saat ini mereka sedang panen raya kopi.
“Meskipun harganya cenderung turun, tapi kami masih berharap hasil panen tetap tinggi,” katanya.
Sumber : Bisnis
Comments