STARJOGJA.COM, JAWABARAT – Pemda Harus Punya Inovasi Tingkatkan Roda Perputaran Ekonomi.Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian mendorong agar kepala daerah mampu mengeluarkan segala kemampuan inovasi dan kreativitasnya untuk meningkatkan roda perputaran ekonomi bangsa sekaligus mempertahankan kesehatan masyarakat.
“Dalam bahasa Bapak Presiden, Pak Jokowi itu istilahnya dengan gas dan rem, gas itu maksudnya adalah menekan ekonomi Tapi sebaliknya juga hati-hati dengan rem. ketika ekonomi dipulihkan digas harus tetap pada protokol protokol untuk pencegahan covid-19 agar terjadi rem tingkat kesehatan tidak memburuk,” terangnya.
Tak hanya dialami Indonesia, menurutnya pandemi covid-19 ini telah memberikan dampak krisis secara Global baik di bidang ekonomi maupun kesehatan. Sehingga, tidak mudah untuk menanganinya kalau tidak ada gotongroyong dan kegigihan dari kepala daerah untuk menyelamatkan daerahnya.
“Tidak gampang, ini betul-betul leadership tiap-tiap kepala daerah di uji di masa krisis seperti ini, kapan harus menggagas ekonominya keuangannya, kapan harus mengeremnya, harus betul,” ujarnya.
Oleh sebab itu, Pemda didorong untuk berhati-hati dalam mengambil kebijakan agar tidak terjadi efek domino di daerahnya. Menurutnya, seorang pengambil kebijakan publik adalah seseorang yang harus memahami persoalan sehingga pengambilan strategi tepat dan efektif.
“Nah karena pandemi ini adalah sekali lagi masalah besar dan efek dominonya sudah saya sampaikan tadi, baik masalah keuangan dan lain-lain. Sehingga menghadapkan dilematika oleh pengambil kebijakan seperti kita para bupati para menteri para pemegang yang mempengaruhi kebijakan kepada publik kita harus belajar mengenai itu,” pungkasnya.
Mendagri menegaskan Ekonomi jangan sampai mati. Tapi, kerja keras menekan dan menanggulangi virus Covid-19 harus tetap maksimal.
Mendagri juga mengingatkan, agar jangan terlena dengan data-data positif rate. Karena itu sangat bergantung pada jumlah testing. Rasio antara testing dengan jumlah penduduk, maka muncul positive rate. Jika yang positif rendah, itu bisa menggambarkan kalau testingnya betul-betul masif.
” Katakanlah standar WHO 5 persen dari populasi. Kalau populasi Kabupaten Kuningan satu juta idealnya yang di testing itu 5 persen artinya 50 ribu. Saya tidak ingin bertanya kepada Bapak Bupati berapa tapi silakan ditelaah sendiri dengan Gugus Tugas Covidnya, apakah sudah menyampai angka itu? Kalau angka itu 5 persen minimal itu baru bisa representatif dalam ilmu metodologi untuk menggambarkan situasi,” katanya.
Comments