STARJOGJA.COM, Info – Mikroalga menjadi subyek peneliti UGM sejak tahun 2008 lalu untuk bahan bakar alternatif ramah lingkungan. Tim peneliti UGM yang terdiri dari Fakultas Biologi, Fakultas Teknik dan Pusat Studi Energi UGM ini bertujuan untuk memanfaatkan potensi mikroalga di perairan Indonesia yang jumlahnya cukup melimpah dan belum teridentifikasi.
Kandungan lipid dan karbohidrat sebagai sumber bahan bakar layaknya senyawa karbon ini ternyata menarik minat perusahaan jepang dan badan penelitian jepang untuk bekerja sama.
Dua orang peneliti UGM, Dr. Eko Agus Suyono dari Fakultas Biologi UGM dan Prof. Dr. Arief Budiman dari Fakultas Teknik) dan Perusahaan dari Jepang (Euglena Co., Ltd) telah ditunjuk oleh badan penelitian dan pengembangan nasional Jepang, NEDO atau New Energy and Industrial Technology Development Organization: Japanese National Research and Development Agency untuk pengembangan Teknologi Produksi Bahan Bakar Biojet dengan Teknologi berbasis Mikroalga.
Baca juga : UGM Juara Kontes Debat Mahasiswa Indonesia 2020
Kepada wartawan, Senin (5/10), Eko Agus Suyono menuturkan proyek kerja sama riset ini UGM dan Jepang akan mengembangkan pengembangan mikroalga Euglena sebagai bahan bakar pesawat terbang bisa diproduksi secara massal. Menurutnya UGM selama ini terus mengoleksi mikroalga lokal yang hidup di lingkungan alam Indonesia dan memilih strain yang tumbuh paling efisien dalam kondisi cuaca di Indonesia. Bahkan UGM juga telah mengevaluasi kandungan dan sifat lemak dan minyak yang terakumulasi pada mikroalga terpilih.
“Mikroalga ini potensial sebagai bahan bakar pesawat terbang karena sumbernya dari organisme hidup, dimana tingkat produktivitasnya tinggi, cepat panen, kaya sumber bahan bakar nabati, hemat lahan, dan bisa menyerap CO2,” paparnya.
Untuk melakukan pengubahan kandungan mikroalga menjadi sumber bahan bakar, Eko mengatakan tahap ekstraksi dilakukan dengan melakukan proses isolasi dan optimasi kultivasi strain lokal, lalu dilanjutkan dengan identifikasi kandungan senyawa. Selanjutnya teknologi proses konversi untuk menjadi bahan bakar nabati hampir sama dilakukan seperti teknologi pada bahan bakar minyak dan gas.
“Jadi pada dasarnya sama dg senyawa untuk migas,” katanya.
Dosen Fakultas Biologi UGM ini menyebutkan Euglena merupakan salah satu spesies mikroalga yang mampu menyerap CO2 melalui fotosintesis dan tumbuh dengan menyimpan karbon sekaligus menghasilkan oksigen. Adapun karbon yang diserap oleh Euglena terakumulasi sebagai lemak dan minyak di dalam sel.
“Dengan proses kimiawi, Euglena dapat mengubah lemak dan minyak menjadi berbagai jenis karbohidrat yang digunakan untuk biodiesel dan bio jet untuk pesawat terbang yang berkelanjutan,” katanya.
Dalam proyek ini, kata Eko, pihaknya akan menggunakan CO2 yang dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga batu bara yang dapat digunakan untuk bahan baku proses fotosintesis Euglena yang diisolasi dari Indonesia yakni di Yogyakarta dan Kalimantan. Apabila proyek riset bersama ini berhasil, kata Eko, inisiatif UGM dalam mendorong salah satu program Sustainable Development Goals (SDGs) yang diadopsi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, untuk berkontribusi pada pembangunan global yang berkelanjutan bisa tercapai.
Seperti diketahui, kolaborasi antar peneliti riset ini Universitas Gadjah Mada bekerja sama dengan Euglena Co., Ltd., dalam melakukan riset tentang koleksi mikroalga asli Indonesia yang bermanfaat untuk komersialisasi biojet. Adapun beberapa lembaga dan industri di jepang yang akan terlibat dalam proyek ini diantaranya Euglena Co. Ltd., DENSO Corporation, ITOCHU Corporation, Mitsubishi Chemical Corporation, Mitsubishi Kakoki Kaisha, Ltd., Tokyo University of Marine Science and Technology and Chuo University.
Comments