STARJOGJA.COM, Info – Kebiasaan membacakan buku cerita atau dongeng pada anak menjadi perhatian dari Komunitas Utusan Negeri Dongeng. Utusan Negeri Dongeng adalah sebuah komunitas sosial yang lahir dari kegelisahan terhadap minimnya ruang-ruang dongeng sebagai bentuk sastra lisan dan sastra anak.
Komunitas ini dibentuk oleh mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta pada pertengahan tahun 2017 dan mulai aktif dua tahun yang lalu. Sesuai dengan namanya, basis aktivitas komunitas ini yaitu mendongeng atau menyampaikan kisah-kisah kepada anak sebagai upaya untuk menjawab keresahan minimnya ruang dongeng anak.
Utusan Negeri Dongeng saat ini mempunyai 10 anggota aktif yang sejak tahun 2018 lalu telah berkeliling Jogja dan sekitarnya untuk menebar budaya literasi. Mereka menyambangi kampung-kampung dan panti asuhan mulai dari yang ada di perkotaan hingga daerah terpecil sekalipun untuk berbagi dongeng kepada anak-anak.
“Kadang kami dipanggil, kadang kami pergi ke panti asuhan terpencil, kurang lebih seperti itu lah,” tutur Atina, salah satu anggota Utusan Negeri Dongeng.
Komunitas ini merangkul anak-anak dengan senyum keramahan dan memposisikan diri mereka sebagai teman. Ya, itu upaya mereka untuk memulai pendekatan, karena mereka sadar anak-anak perlu suasana keceriaan.
Cara mereka menyampaikan dongeng dengan membawa properti pendukung yang bisa menarik perhatian anak-anak seperti boneka tangan hingga kostum buatan sendiri. Supaya tidak membuat jenuh anak, mereka menyisipi berbagai permainan disela-sela mendongeng, permainan yang dapat mengasah otak anak-anak.
Bukan hanya mendongeng saja ternyata, kegiatan lain dari komunitas Utusan Negeri Dongeng ini adalah worksop membuat wayang dongeng. Di dalam workshop tersebut mereka mengajari anak-anak untuk mengasah kreativitas yang anak-anak punya.
Baca juga : Komunitas Yogyakarta Food Truck Kini Lebih Berkembang
Anak-anak dibimbing untuk membuat wayang dongengnya sendiri dari bahan yang sudah disiapkan dan meminta mereka untuk mementasakan wayang hasil karyanya tersebut. Hasilnya, banyak karakter wayang dan ide cerita anak-anak itu.
Hal yang paling membuat salut, mereka melakukan itu semua tanpa menuntut imbalan sepeserpun. “Ikhlas dari hati” mungkin itu kalimat yang cocok untuk menggambarkan mereka.
Bagi mereka senyuman bahagia dari anak-anak sudah menjadi bayaran yang setimpal. Munculnya minat literasi dalam diri anak-anak sudah membayar rasa lelah mereka. Tidak dipungkiri banyak juga yang memang mau memberi mereka imbalan, namun mereka juga tidak mematok berapa jumlahnya.
“Kami tidak minta imbalan, seikhlasnya aja modelnya,” kata Atina.
Misalkan ada yang memberi mereka imbalan mereka tetap akan menerimanya, nantinya uang tersebut akan digunakan lagi untuk membeli bahan membuat wayang dongeng atau bisa dibelikan reward untuk anak-anak. Inilah sedikit cerita tentang Utusan Negeri Dongeng yang ikhlas menebar budaya literasi dari hati untuk anak negeri.
Penulis: Risqi Febriana S
Comments