STARJOGJA.COM, Info – Tangannya yang sudah kelihatan berkerut tampak sangat luwes membentuk tanah liat menjadi pola gerabah. Di usianya yang tidak lagi muda, Ngadiem duduk di kursi kecil sambil sesekali menyeka keringatnya. Ia ditemani oleh temannya yang juga menjadi karyawan di kerajinan gerabah bilangan Bantul.
Ngadiem memperoleh kemampuan membuat gerabah sudah sejak kecil. Besar di keluarga yang juga sebagai pengrajin gerabah, alhasil ilmunya pun menurun pada Ngadiem.
“Saya hanya lihat ibu saya bikin gerabah, terus ikutan bikin dan akhirnya bisa,” ucapnya saat ditemui di tempat ia bekerja, di Desa Sentanan RT 06, Bantul, Yogyakarta.
Baca juga : Mayoritas Desa Wisata di Bantul Belum Produktif
Wanita 58 tahun ini mengatakan bahwa penghasilan yang ia dapatkan tidak menentu, tergantung banyak tidaknya gerabah yang bisa ia buat. Satu gerabah yang ia buat, dihargai sebesar Rp 5.000,00.
“Saya di sini kan hanya buruh, jadi sistemnya borongan, bisa buat banyak ya dapat uangnya banyak juga,” kata Ngadiem.
Bekerja dari jam 8 pagi hingga jam 4 sore, Ngadiem tidak sedikit pun merasa lelah. Hal itu dikarenakan hanya lewat gerabahlah ia bisa memenuhi kehidupannya. Dengan tangan yang asik membentuk tanah liat, Ngadiem bercerita tentang pembuatan gerabah.
Ia bercerita, untuk membuat satu gerabah jenis pot hanya memerlukan waktu setengah jam saja. Setelah terbentuk gerabah kemudian dihaluskan sebelum dijemur hingga kering, baru setelah kering gerabahnya kemudian dibakar.
“Ini masih kasar mbak, habis ini dihalusin dulu baru dijemur, kalau udh kering terus dibakar,” jelasnya sambil tangannya meratakan tanah liat.
Ibu dari tiga anak ini mengatakan bahwa suaminya juga seorang pengrajin gerabah. Suaminya membuat gerabah di rumah kemudian di setorkan ke toko tempat ia bekerja. Saat ditanya apakah ada keinginan untuk membuka usaha sendiri, Ia mengatakan keinginan itu pasti ada, hanya saja tergendala dengan modal.
Mengingat modal untuk membuat usaha tidak sedikit, Ngadiem akhirnya mengurungkan niatnya, dan tetap memilih kerja sebagai karyawan borongan saja.
Penulis: Risqi Febriana S
Comments