STARJOGJA.COM, INFO – Penggemar dunia perkereta apian tentu sudah tidak asing lagi dengan Balai Yasa atau bengkel kereta. Tercatat Balai Yasa Yogyakarta merupakan Balai Yasa terbesar di Indonesia. Bengkel kereta tersebut tak urung menjadi ikon yang menarik sekaligus menakjubkan bagi kalangan railfans.
Balai Yasa Yogyakarta dibangun pada tahun 1914 oleh perusahaan kereta api swasta N.I.S (Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij). Pada masa invasi Jepang, bangunan Balai Yasa kemudian berada dalam cengkraman kekuasaan angkatan darat Jepang dan digunakan untuk keperluan angkutan dan gudang logistik.
Setelah Jepang lengser dari Indonesia, kaum republiken menjadikan Balai Yasa sebagai kantor eksploitasi. Baru pada periode 1950an, Balai Yasa dikembalikan sebagai mana fungsi aslinya.
Baca juga : Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia Tinjau Kesiapan Rail Clinic
Sejak semula dibangun, Balai Yasa memang merupakan infrastruktur yang dibangun untuk keperluan perbaikan, perawatan dan pemeliharaan kereta. Namun seiring jalannya waktu Balai Yasa juga mengerjakan modifikasi kereta dan segala hal yang berkaitan dengan teknisi perkereta apian.
Dari segi internal Balai Yasa Yogyakarta memang sangat menarik, tetapi dari segi eksternal Balai Yasa tak kalah menarik pula. Lingkungan sekitar Balai Yasa terkenal sangat hijau, rindang dan sejuk. Banyak pepohonan besar masih berdiri tegak di sekitar Balai Yasa. Juga rumah-rumah peninggalan Belanda di depan Balai Yasa, makin menambah menarik kawasan Balai Yasa tersebut.
Merespon hal tersebut, tak keliru apabila banyak pedagang yang menjajakan dagangannya di kawasan sekitar Balai Yasa tersebut.
“Kawasan Balai Yasa ini adem, sejuk, berjualan di sini enak. Orang-orang yang kepanasan pengen istirahat pasti lari ke sini. Ngadem, minum es,” tutur salah satu pedagang Dawet Ayu Banjarnegara, Rabu (21/10/20).
Setiap siang hari kawasan Balai Yasa memang ramai dikunjungi oleh para pembeli. Rata-rata pedagang di kawasan Balai Yasa ialah pedagang es. Mulai es dawet, es doger, es campur, ada juga pedagang rujak, batagor, siomay, soto dan bakso.
Balai Yasa selain menawarkan pemandangan bersejarah dan rindang ternyata punya penawaran yang lain yakni wisata kuliner tersebut. Pengunjung kawasan Balai Yasa juga mengakui hal ini menambahi kesan terhadap Balai Yasa.
“Saya tidak begitu suka kereta api. Tapi kalau kebetulan pas minum es di sini dan ada test drive kereta di Balai Yasa, hati rasanya seneng banget. Aneh memang. Tapi serius begitu, Mbak. Seneng rasanya. Suasana sini sejuk, adem, minum es sambil lihat kereta,” ungkap Amri, salah satu pengunjung kawasan Balai Yasa.
Melihat potensi Balai Yasa yang demikian menarik. Balai Yasa layak mendapat sorotan dan perhatian. Dengan perawatan dan beberapa perbaikan di kawasan tersebut, bukan tak mungkin Balai Yasa akan tumbuh menjadi kawasan wisata alternatif berupa wisata go green, heritage atau hanya wisata kuliner saja.
Penulis: Febryanti ds
Comments