STARJOGJA.COM, Info – Masa resesi karena imbas Covid-19 maka masyarakat mengatur ulang finansial. Terutama bagi pekerja yang terkena PHK atau gaji dipotong.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia pada kuartal II/2020 minus 5,32 persen diikuti oleh kuartal III/2020 minus 3,49 persen. Akibat pertumbuhan ekonomi yang minus sebanyak dua kali berturut-turut, artinya Indonesia resmi mengalami resesi.
Financial Trainer QM Financial Emiralda Noviarti mengatakan di tengah masa resesi aktivitas ekonomi akan menurun yang berdampak pada penurunan omset hingga gaji.
Baca Juga : 34 Persen Finansial Teknologi Ilegal dari Luar Indonesia
Peluang usaha dan lapangan kerja pun menjadi sulit. Kondisi gaji yang dipotong akan membuat aktivitas belanja masyarakat berkurang sehingga membuat perputaran yang di masyarakat jadi rendah.
Meskipun demikian, setiap individu harus bisa kuat secara finansial untuk bisa mencerminkan kekuatan seluruh masyarakat. Setidaknya, ada lima hal yang menurutnya perlu dilakukan untuk menguatkan kondisi finansial di tengah perekonomian yang telah masuk masa resesi.
Pertama, cek pintu penghasilan. Masing-masing individu harus bisa memetakan kondisi penghasilan masuk dalam sejumlah kategori, yakni normal, terganggung, atau terdampak tetapi tidak signfikan. Setelah itu, temukan peluang penghasilan lainnya.
Misalnya, dengan kemampuan memasak yang dimiliki dapat mulai berjualan makanan. Kemampuan lain seperti menulis maupun menggambar ataupun ekonomi kreatif lainnya juga dapat dimanfaatkan untuk mencari peluang baru.
Selain itu, individu yang masih bekerja di satu perusahaan, juga dapat membantu memberikan inovasi. Kondisi ini akan membantu keuangan perusahaan yang pada akhirnya juga berdampak pada pendapatan karyawan.
“Jadi coba cek, kalau enggak tahu kita bisa kasih solusi apa, jadi bagian dari solusi, memberikan inovasi, karena akhirnya penghasilan kita yang akan terganggu jika perusahaan tidak berjalan dengan baik,” katanya, Senin (9/11/2020).
Kedua, atur ulang budget. Cara hidup yang berubah juga akan membuat pengelolaan dana berubah. Setidaknya ada lima pos pengeluaran individu yakni cicilan utang yang porsinya maksimum 30 persen dari pendapatan, biaya hidup 40 persen hingga 60 persen dari pendapatan, menabung dan berinvestasi minimal 10 persen, sosial minimal 2,5 persen, dan gaya hidup maksimal 20 persen.
Ketiga, dana darurat penting disisihkan untuk berjaga-jaga dari kondisi yang tidak dapat diprediksi. Di tengah kondisi ekonomi saat ini, hal yang paling utama adalah bisa bertahan. Cara untuk bertahan bisa dengan menggunakan dana darurat tersebut.
Porsi pembentukan dana darurat pun berbeda-beda tergantung kondisi individu, Misalnya, lajang dapat membentuk dana darurat 4 kali dari pengeluaran bulanan, keluarga tanpa anak 6 kali, keluarga dengan satu anak 9 kali, serta keluarga dengan dua anak atau lebih, pengusaha atau freelancer hingga 12 kali.
“Kalau dana darurat kurang atau habis, solusi paling pendek dan mudah memang berutang, tapi tidak menyelesaikan masalah karena utang harus dibayar. Kami encourage untuk mencari penghasilan tambahan,” sebutnya.
Lebih lanjut dijelaskan ada 4 mega shift concumer behaviors yang berubah selama pandemi dan dapat menjadi peluang bisnis. Pertama, perubahan gaya hidup di rumah saja yang bisa memberikan peluang berjualan koleksi tanaman ataupun home improvement. Kedua, basic needs seperti bahan makanan, masker, hand sanitizer. Ketiga, go digital seperti kelas online. Keempat, emphatic society yakni usaha yang berkaiatan dengan jasa.
Pengelolaan finansial individu yang keempat adalah proteksi berupa asuransi kesehatan dan asuransi jiwa. Terakhir, periksa investasi dan rencana keuangan apakah sesuai dengan kondisi keuangan saat ini.
“Coba cek lagi investasi buat apa, kalau pengen libuaran tunda dulu liburannya. Kalau mau beli sesuatu apa ada kemampuan mencicil, review lagi keuangan dan investasi,” sebutnya.
Lead Financial Trainer QM Financial Ligwina Hananto mengatakan resesi telah memberikan dampak yang luas bagi semua pihak. Fokus masyarakat saat ini adalah bertahan. Bertahan tidak hanya dilakukan satu individu, tetapi yang di sekeliling juga dapat terbantu agar sama-sama bertahan di tengah resesi ini.
“Di sinilah peran kita sebagai Pahlawan Finansial sangatlah penting,” sebutnya.
Sumber : Bisnis
Comments