STARJOGJA.COM, Info – Alun-alun Kidul merupakan spot yang agaknya wajib didatangi jika sedang berwisata ke kota Yogyakarta, tempat ini sangat cocok untuk menikmati riuh malamnya Jogja dengan berbagai macam hiburan dan banyaknya kuliner yang diperdagangkan di kawasan ini.
Hiburan yang ada di kawasan ini cukup beragam seperti permainan egrang, odong-odong, dan permainan tutup mata melewati dua beringin yang tepat berada di tengah-tengah alun-alun. Namun tidak semua orang tau cerita awal dari berbagai macam hiburan tersebut bisa masuk meramaikan kawasan wisata Alun-Alun Kidul.
Cerita ini diungkap oleh pria tua yang biasa disapa Mbah Yudi Karyono pentolan Paguyuban Noto Roso atau yang biasa dikenal sebagai Raja Egrang, Mbah Yudi bercerita bahwa dulunya saat ia muda kawasan Alun-alun Kidul bukanlah objek wisata yang dikunjungi banyak orang seperti saat ini.
“ Pas jaman ku dulu alun-alun ini sepi, ga ada yang mau datang kesini ,” tutur Mbah Yudi.
Baca juga : Ayo Nonton Gerhana di Alun Alun Kidul
Ia juga menceritakan dulunya Alun-Alun Kidul itu menjadi tempat yang dikeramatkan oleh beberapa orang sehingga dulunya Alun-Alun Kidul ini menjadi sedikit menyeramkan bagi beberapa orang yang melewati kawasan ini.
Sampai pada akhirnya ada segerombolan anak-anak muda yang sedang iseng bertaruh bersama teman-temannya yang lain dan membuat tantangan siapa yang bisa melewati dua beringin yang berdampingan tersebut sambil mata tertutup bisa membawa uang yang sudah dikumpulkan sebagai hadiah dari taruhan tersebut.
Hal itu dilakukan anak-anak muda setempat setiap harinya sebagai pengisi luangnya waktu. Tak disangka hal itu turut menjadi perhatian segelintir orang yang melihat keisengan anak-anak muda tersebut dan memanfaatkannya menjadi ladang bisnis yang menjanjikan, hal itu pula turut berperan merubah fungsi dari Alun-Alun Kidul tersebut menurut mbah Yudi.
“ Aku asal ditanyain soal tutup mata itu mas ya ku bilang itu tidak ada sejarahnya sama sekali, namun cerita dibalik permainan itu ya ada.. lah wong aku saksi nya kok dulu melihat anak-anak iseng itu bertaruh melewati beringin itu. Jadi mitos yang sudah lama beredar kalau bisa melewati beringin keinginanya akan tercapai itu tidak ada mas, bisa jadi ke musyrik itu.. permainan bisnis itu mas ,“ tukas mbah Yudi.
Mbah Yudi kemudian melanjutkan ceritanya soal hiburan yang ada di kawasan Alun-alun Kidul sembari menyeruput kopi yang ada di depannya, odong-odong yang berkilau dihiasi lampu-lampu dulunya bukanlah hiburan yang dilirik oleh beberapa orang.
Dokar merupakan hiburan awal sebelum adanya odong-odong tersebut, namun seiring berjalannya waktu dokar mulai tidak disukai beberapa wisatawan dan lagi-lagi ada beberapa orang yang melihat ini sebagai ladang bisnis maka kreatifitas lah yang berbicara dalam hal ini, muncul hiburan baru yaitu odong-odong berbahan dasar body mobil bekas serta dibaluti oleh lampu kerlap-kerlip warna-warni yang memikat para pengunjung.
Berbeda nasib yang dialami oleh mbah Yudi soal-menyoal hiburan yang digaungkannya yaitu permainan tradisional egrang, disaat dua hiburan yang lain sudah diakui pemkot Yogyakarta dan dibiayai segala macam keperluannya, egrang besutan mbah Yudi sama sekali belum dilirik oleh pihak-pihak pemkot kota tersebut.
“ Dulu ada sih mas omong-omongan namun seperti angin lalu saja, ya sudah saya mau bagaimana? Pasrah saja lah… toh niatan saya juga untuk melestarikan permainan tradisional saja ,” kata mbah Yudi sekaligus menjadi penutup rangkaian cerita soal hiburan-hiburan terkenal di kawasan alun-alun kidul Yogyakarta.
Penulis : Muhammad Hadi Fathoni
Comments