STARJOGJA.COM, Info – Usia 40-an saatnya memikirkan soal pentingnya dana pensiun. Berikut adalah tips dari Lifepal.co.id bagi Anda yang saat ini berusia 40 tahun, belum mengumpulkan dana pensiun, dan memiliki gaji pas-pasan.
1. Cari tahu pengeluaran di masa pensiun dengan menurunkan standar biaya hidup
Lakukan perhitungan pengeluaran tahunan Anda di masa tua dengan menggunakan asumsi inflasi dan penurunan standar biaya hidup. Berikut perhitungan asumsi pengeluaran di hari tua jika standar hidup orang yang bersangkutan diturunkan 30% dan asumsi inflasi di Indonesia adalah 5% per tahun.
Usia saat ini : 40 tahun
Usia pensiun : 58 tahun
Jangka waktu mengumpulkan dana pensiun : 58 – 40 = 18 tahun
Asumsi harapan hidup : 74 tahun
Biaya hidup per bulan : Rp4 juta
Biaya hidup satu tahun : Rp4 juta x 12 = Rp48 juta
Pengeluaran di masa pensiun (diturunkan standarnya) : Rp48 juta x 70% = Rp33,6 juta.
Penurunan biaya hidup di masa tua bisa dilakukan sesuai dengan yang Anda kehendaki.
Adapun alasan penurunan estimasi biaya hidup disebabkan karena:
– Pengeluaran Anda bisa jadi berkurang karena anak-anak Anda mungkin sudah lulus, atau karena perubahan gaya hidup
– Kemampuan mengumpulkan dana pensiun saat ini kurang baik
Baca juga : Sekitar 100 Juta, Inilah Rincian Uang Yang Diterima Dewas KPK
2. Hitung besaran dana pensiun
Dalam contoh kasus di atas, jika pengeluaran tahunan Anda setelah dikurangi 30% adalah Rp33,6 juta. Maka dengan asumsi inflasi 5% per tahun, pengeluaran tahunan Anda di 18 tahun ke depan mencapai Rp80.862.406.
Dana pensiun yang harus dikumpulkan:
Rp80.862.406 x (74 – 58 tahun) = Rp1,29 miliar
3. Berinvestasilah dengan metode cost averaging untuk dana pensiun
Untuk bisa mengumpulkan dana sebesar Rp1,29 miliar selama 18 tahun, berinvestasi dengan cara lump sum (sekali bayar) tentu cukup berisiko. Anda bisa saja kekurangan aset likuid dalam jumlah besar, yang bisa berdampak serius dalam kesehatan finansial.
Lakukanlah investasi berkala (cost averaging) setiap bulan untuk mengumpulkan dana pensiun Anda.
Dengan menyisihkan dana sebesar Rp1,95 juta per bulan ke instrumen investasi yang bisa menghasilkan imbal hasil 10% per tahun, maka Anda membutuhkan waktu 225 bulan untuk bisa mendapatkan uang Rp1,29 miliar.
4. Kurangi instrumen investasi tinggi volatilitas
Semakin tinggi imbal hasil investasi tentu makin cepat pula dana pensiun Anda terkumpul. Namun ingat, makin tinggi imbal hasil maka makin tinggi pula risiko investasinya.
Seiring dengan makin tua usia kita, produktivitas bekerja pun akan semakin menurun. Instrumen investasi tinggi risiko seyogyanya sudah mulai dikurangi di usia kepala empat.
5. Jangan tarik dana di JHT BPJS Ketenagakerjaan
Jaminan Hari Tua (JHT) BPJS Ketenagakerjaan sejatinya bisa diklaim ketika kita sudah tidak lagi bekerja karena pemutusan hubungan kerja (PHK), atau pengunduran diri.
Besaran dana JHT tentu cukup menggiurkan untuk ditarik, apalagi bagi mereka yang memiliki pengalaman kerja lebih dari 10 tahun. Namun patut diketahui bahwa, mencairkan dana tersebut di saat ini bukanlah keputusan yang tepat.
Jadikanlah dana JHT BPJS sebagai tambahan dana pensiun di hari tua nanti.
Berinvestasilah setelah utang Anda terkendali dan me
6. Berinvestasilah setelah utang Anda terkendali dan memiliki dana darurat
Pengeluaran wajib seperti utang jelas harus dibayar. Apa jadinya jika cicilan utang Anda saat ini cukup besar?
Apakah boleh bagi kita untuk tidak melunasi utang dan lanjut berinvestasi mengumpulkan dana pensiun? Tentu saja tidak.
Ketika utang tidak dibayar, maka akan muncul biaya denda atau penalti yang dikeluarkan pihak pemberi kredit. Alhasil pengeluaran per bulan kita pun bengkak.
Selain utang, pastikan Anda memiliki dana darurat yang bisa mencukupi kebutuhan Anda selama minimal 6 bulan, di saat Anda kehilangan pendapatan.
7. Berinvestasilah setelah memiliki proteksi
Sebagai pencari nafkah, apakah Anda sudah terlindungi secara finansial dari segala risiko hilangnya pendapatan? Jika belum, maka milikilah asuransi jiwa terlebih dulu sebelum akhirnya Anda mengumpulkan dana pensiun.
Membiarkan diri sendiri tak terlindungi tentu akan sangat merugikan anggota keluarga ke depannya. Bayangkan saja, segala tujuan finansial keluarga yang sudah Anda atur untuk jangka pendek hingga panjang akan kandas karena hilangnya pendapatan rutin.
Sumber : Lifepal
Comments