Health

UGM : Orang yang Pernah Terinfeksi Covid-19 Tidak Divaksin

0
hentikan ppkm
Ilustrasi Vaksin

STARJOGJA.COM, Info – Pakar Imunologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), dr. Deshinta Putri Mulya, M.Sc., Sp.PD, KAI(K), menyatakan pasien yang pernah terpapar Covid-19 tidak perlu divaksin. Menurutnya orang yang terinfeksi dan sembuh dari Covid-19 tidak perlu divaksin sebab telah mendapat antibodi. Oleh karena itu tidak masuk dalam kelompok prioriotas untuk diberikan vaksin.

“Yang sudah pernah terkonfirmasi positif Covid-19 dan sembuh tidak usah divaksin,” katanya dalam talkshow tentang Vaksin Covid-19 yang diselenggarakan RSA UGM secara daring Rabu (13/1) lalu.

Deshinta menuturkan pada tubuh manusia yang telah terpapar virus Covid-19 sudah membuat sistim kekebalan tubuh atau antibodi.

Baca juga : Sultan Ajak Warga Imunisasi Covid-19 Tanpa Sanksi

“Logikanya yang terkonfirmasi Covid-19 dan sembuh sudah punya antibodi,” terangnya.

Kepala Divisi Imunologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM ini menyebutkan bahwa orang sehat menjadi kelompok prioritas sebagai penerima vaksin. Sebelum divaksin, penerima vaksin diskrining terlebih dahulu terkait kondisi tubuh seperti suhu tubuh, tekanan darah, serta riwayat penyakit.

Dalam pemberian vaksin, lanjutnya, penerima vaksin harus benar-benar dalam kondisi sehat dan tidak demam. Apabila demam dengan suhu lebih dari atau sama dengan 37,5 derajat Celcius maka vaksinasi ditunda hingga sembuh dan tidak terbukti terinfeksi Covid-19 serta dilakukan skrining ulang pada kunjungan vaksin berikutnya.

Sementara pada orang-orang dengam penyakit tertentu seperti TBC, hipertensi, diabetes, HIV dan lainnya dapat diberikan vaksin namun harus dalam kondisi terkontrol. Misalnya, pada pasien TBC dalam pengobatan bisa diberikan vaksin minimal 2 minggu setelah mendapat obat anti tuberkolosis. Lalu pada pasien DM tipe 2 terkontrol dan HbA1C dibawah 58 mmol/mol atau 7,5% dapat diberikan vaksin. Berikutnya, untuk pasien dengan HIV jika angka CD4 < 200 atau tidak diketahui maka vaksinasi tidak diberikan.

“Vaksin Covid-19 tidak bisa diberikan untuk pasien autoimun, gagal ginjal, serta wanita hamil,” katanya.

Lebih lanjut Deshinta memaparkan pemberian vaksin akan menimbulkan efek samping, tetapi tidak berat. Reaksi yang muncul biasanya bersifat lokal ataupun sistemik. Reaksi lokal yang umumnya muncul beberapa diantaranya kemerahan, bengkak, nyeri pada area suntikan, dan selulitis. Sedangkan teaksi sistemik antara lain demam, nyeri otot seluruh tubuh, nyeri sendi, badan lemah, serta sakit kepala.

Pengakuan Dokter Tirta usai Disuntik Vaksin

Previous article

BMKG Mengingatkan Potensi Gerakan Tanah di Gempa Bumi Majene

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Health