STARJOGJA.COM, HEALTH – Pernahkah Anda mendengar bahwa meniup makanan atau minuman panas adalah sebuah larangan? Umumnya, orang-orang akan mengatakan jika meniup makanan atau minuman panas berlawanan dengan sunah Nabi Muhammad SAW.
Ternyata, selain tidak sesuai dengan sunah, kebiasaan ini juga bisa berbahaya bagi kesehatan Anda lho.
Dikutip dari Klikdokter, menurut dr. Adeline Jaclyn, meniup makanan panas dapat mentransfer mikroorganisme berbahaya.
“Terdapat studi yang meneliti jumlah mikroorganisme pada makanan panas yang ditiup dan tidak ditiup. Didapatkan hasil perbedaan yang signifikan antara keduanya, yaitu lebih banyak mikroorganisme pada (makanan) yang ditiup,” ungkap dr. Adeline.
Sementara itu, dr. Dyah Novita Anggraini juga mengatakan bahwa meniup makanan panas dapat menyebabkan kontaminasi mikroorganisme penyebab penyakit.
“Tidak boleh meniup makanan panas. Itu lebih kepada kuman yang ada di mulut atau bakteri di dalam mulut bisa berpindah ke dalam makanan,” ungkap dr. Dyah Novita.
Dia memaparkan, saat meniup makanan, tubuh akan melepaskan karbon dioksida (CO2) dan karbon monoksida (CO).
Karbon dioksida yang dilepaskan bereaksi dengan partikel air (H2O) di dalam makanan dan menghasilkan pembentukan asam karbonat (H2CO3).
Karbon monoksida itu sendiri saja sudah beracun. Jadi, jika mengonsumsi makanan setelah meniupnya, tubuh Anda akan kemasukan lebih banyak asam karbonat dan karbon monoksida.
Hal tersebut berisiko mengganggu keseimbangan asam atau alkali tubuh, yang mengakibatkan ketidakseimbangan metabolisme.
Sementara itu, dilansir dari paraporshi.com, disebutkan saat kita menghirup makanan atau minuman panas, karbon dioksida dilepaskan dari mulut kita, yang merupakan sinyal kimiawi. Reaksi kimia uap air dan karbon dioksida menghasilkan asam karbonat dan turunannya yang bersifat asam.
Kita tahu bahwa pH darah dari tubuh manusia yang kuat dan sehat berfluktuasi dari 7,35 menjadi 7,45 persen, yang sedikit bersifat basa. Ketika pH di bawah 7 pH itu asam dan di atas pH 7 itu basa dan pH 7 netral.
Jika pH darah dalam tubuh kita berada di bawah 7,2 atau 7,6 desimal, maka terdapat berbagai gejala seperti sakit kepala, mual, kebingungan, mati rasa. Bahkan bisa menyebabkan penyakit serius.
Perubahan pH darah merupakan gejala dari beberapa penyakit utama. Misalnya asma, diabetes, jantung, ginjal, paru-paru, asam urat, infeksi, keracunan, dan perdarahan.
Untuk diketahui, organ paru-paru dan ginjal bisa menahan perubahan pH darah. Paru-paru melepaskan karbon dioksida dari tubuh dan melepaskan senyawa asam berbahaya melalui urin ginjal.
Jika pola makan tidak seimbang, yaitu makanan bersifat basa atau asam, maka pH darah dapat berubah. Dan itu meningkatkan risiko penyakit serius. Karena itu, Anda perlu mewaspadai asupan makanan.
Aspek lainnya adalah jika Anda meniup makanan, maka kuman akan keluar dari mulut dan akan jatuh ke makanan. Meski sebagian besar mikroba yang disimpan dalam makanan dihancurkan di dalam mulut. Sisanya dihancurkan oleh asam klorida yang disimpan di perut. Setelah itu, mungkin timbul sakit perut.
Bahaya lainnya adalah bisa membuat keracunan makanan.
Keracunan makanan biasanya disebabkan oleh makanan yang busuk, makanan yang tidak sehat, atau makanan atau minuman yang didesinfeksi. Besarnya kenaikan tingkat keracunan ini terlihat dengan bertambahnya tingkat pemanasan. Ini karena makanan terbuang dalam panas atau dapat dengan mudah menghasilkan racun dengan menyebarkan kuman. Apa yang bisa menyebabkan sakit perut, masalah pencernaan, diare, muntah dalam banyak kasus.
Sumber : bisnis.com
Comments