STARJOGJA.COM, JOGJA – Kanca Sambat Tempat Curhat Mereka Yang Isoman. Tentu saja mereka yang isoman tidak hanya butuh makan. Karena berbagai pembatasan, bukan tidak mungkin muncul tekanan batin. Stress pun melanda, sementara di rumah tidak ada kawan yang bisa diajak berbagi rasa.
Untunglah, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) punya program Kanca Sambat. Kanca bermakna teman, sedang sambat kurang lebih bisa diartikan sebagai berbagi rasa atau curahan hati (curhat).
Direktur PKBI DIY, Mashoeroel Noor Poedjanadi, mengatakan Kanca Sambat adalah konseling sebaya yang diinisasi oleh konselor remaja di PKBI DIY. Tujuannya adalah menjadi teman curhat bagi remaja yang menjalani Isoman karena COVID-19.
“Isoman di rumah kalau terlalu lama itu tentu membosankan. Juga timbul stress, apalagi teman remaja yang positif dan melihat pemberitaan terkait COVID-19 yang seperti ini, ada khawatir dan sebagainya. Mungkin mereka ingin bercerita tetapi tidak tahu dengan siapa. Maka kita sediakan layanan Kanca Sambat ini,” kata Mashoeroel.
Konselornya, kata Mashoeroel, adalah anak muda juga yang sudah diberi pelatihan. Di masa sebelum pandemi, konselor ini juga sudah bisa menerima curhat para remaja DIY terkait problem sehari-hari. Karena itu, mereka telah memiliki kemampuan cukup untuk menjadi tempat berkeluh kesah bagi remaja. Khusus untuk kaitannya dengan pandemi, konselor juga dibekali pemahaman mendasar mengenai COVID-19.
Jika membutuhkan konseling lebih lanjut, sesuai rekomendasi konselor muda, remaja yang membutuhkan bisa dirujuk ke psikolog. Konselor memiliki kemampuan untuk mengetahui level stress remaja, sehingga ketika menemukan tanda-tandanya, mereka sudah memahami apa yang harus dilakukan
“Sementara ini layanan dalam bentuk chat melalui aplikasi percakapan, kalau dibutuhkan untuk menelepon langsung, tentu akan kita tindak lanjuti,” tambah Mashoeroel.
Menurut Mashoeroel, konseling bagi remaja di masa pandemi, khususnya yang menjalani isoman, sangat penting. Stress bisa memperburuk kondisi daya tahan tubuh, dan karena itu harus ada upaya menguranginya.
Mereka yang berusia 15-24 tahun, selalu berada di rumah dan tidak memilii teman curhat, kata Mashoeroel, semua berada di posisi rawan.
“Tidak harus soal COVID. Karena mereka enggak sekolah, tidak bertemu teman. Apalagi yang isoman, harus tinggal di kamar 14 hari, tentu akan sangat membosankan,” tambahnya
SUMBER : VOA Indonesia.
Comments