STARJOGJA.COM, Info – Perguruan tinggi memiliki peran dalam menangani stunting di tengah masyarakat. Seperti yang dilakukan Polkesyo dengan menyiapkan mahasiswa menjadi agen perubahan atau agent of change stunting di masyarakat.
“Kita kenalkan mahasiswa soal stunting bagaimana upayanya dll, lulusan kami akan bertugas di masyarakat mereka akan jadi generasi pembaharu di masyarakat,” kata Dr. Agus Wijanarko, S.Si.T, M.Kes Ketua Prodi STr. Gizi dan Dietetika Polkesyo dalam talkshow di Star FM dengan tema 57 Tahun Hari Kesehatan Nasional dan Eliminasi Stunting di Indonesia.
Agus mengatakan mengatasi masalah stunting harus dari semua elemen bergerak termasuk dari perguruan tinggi. Hal ini nantinya akan mewujudkan generasi yang prima dan baik di masa depan.
Baca juga : Polkesyo Aktif Memutus Rantai Penularan COVID-19
“Kami dari Poltekkes menanggulangi stunting, tidak hanya salah satu pihak saja harus bersama, masyarakat iya, dunia usaha iya, pemerintah, media dan perguruan tinggi,” katanya.
Agus menjelaskan soal mengetahui anak stunting dengan cara sederhana yaitu dari tinggi badan anak.
“Mudahnya mengetahui stunting misalnya 5 anak usia 4 tahun dijejer kebetulan ada satu orang lebih pendek dari sepantaran artinya tingginya sepantaran pendek menunjukkan bentuk fisik, pertumbuhannya terhambat dan itu tidak hanya badan tapi pertumbuhan organ dalam tubuh tidak bisa maksimal,” katanya.
Agus mengatakan ada upaya sederhana yang intinya dari awal. Stunting tidak bisa dicegah tidak saat balita tapi sudah dipersiapkan jauh jauh hari pada saat remaja.
“Sehingga saat remaja tidak kurang darah. ada 5L, terlalu kurus atau kurang energi kronis. ukurannya kalau diukur itu lengan bagian kiri apabila ukuran lengannya kurang dari 23 cm itu kurang dari indikasi kronis,” katnaya.
Dr. Tri Siswati SKM, MKes Dosen Jurusan Gizi Polkesyo mengatakan stunting merupakan masalah gizi kronis yang terjadi sejak masa hamil hingga berdampak pada usia dewasa. Di Indonesia berupaya menurunkan kasus stunting mencapai target 40% sehingga 2024 prevalensi stunting diangka 14%.
“Sementara saat ini diangka 20%. Masih tinggi,” katanya.
Tri mengatakan saat ini masalah stunting juga karena beberapa faktor terutama dimulai dari remaja. Remaja Indonesia banyak mengalami anemia.
“Yang tren seribu hari pertama kehidupan tapi sebenarnya jauh dari itu, dari hamil sampai remaja,” katanya.
Banyaknya remaja Indonesia yang mengalami anemia atau kurus karena mengikuti figur yang disukainya. Sehingga mereka ingin terlihat kurus seperti figur yang disukainya.
“Banyak remaja ini diet sendiri tanpa aturan yang benar karena itu terjadi terus menerus kurang energi kronik atau anemia. Permasalahan lain obesitas. ini masalah remaja. mereka jarang olahraga seharian main hape dan laptop ini juga risiko mental dan fisik,” katanya.
Selain itu remaja saat ini juga kurang konsumsi sayur dan buah. Oleh karena jika ingin memperbaiki stunting maka perlu dimulai sejak remaja.
“Remaja itu sosial agent of change. Intervensi sejak remaja memberikan potensi tinggi perbaikan stunting saat ini,” katanya.
Comments